Judul Khusus : Rifqi Iman Salafi

FB_IMG_1461684126017

Namanya Rifqi Iman Salafi, gue sih biasa manggil dia Salafi, mungkin waktu dia masih bocah alias masih KP, gue kan seniornya, hedeh.. banyak kali yang namanya Rifqi, ada tiga ya gue inget betul ada tiga, yang satu Rifqi Al Farisi dan satunya lagi Rifqi Zahir, nggak tau gue gimana nulis namanya yang bener.. jadi dia dipanggil Salafi biar nggak keijol, apa sih.. padahal mah dia di rumahnya dipanggil Rifqi.

Intinya gue mau fokusin ke anak ini, gue sebenernya setuju-setuju aja sih kalo anak ini jadi yang nerima piala, secara lomba yang dia ikuti lomba Cerdas Cermat, dan dari dulu anak ini emang passionnya ikut lomba kaya beginian, kalo gue kan debat inggris tuh, edeh sebut merek.. ya gitu intinya dia emang mumpuni buat ikut lomba kaya beginian, kaya beginian kek gimana sih dhlu?.. ya ini, cerdas cermat soalnya dia di kelasnya sih ya nggak pinter-pinter amat, malesnya juga sebelas dua belas lah ama gue, tapi gue dua belasnya.. hehe.. tapi gue yakin nih orang sebenernya cerdas cuma nggak mau aja make otaknya, mau dijual kali yak, biar mahal harga jualnya.

Gue juga pernah ikutan lomba cerdas cermat, bahasa inggris, dua kali, di UPS Tegal semua, pertama sama Akhi Farobi dan Raihan, kedua kalinya sama Nesen dan Rozan, dan semuanya kalah, hahaha.. emang nasib.. hashtag #ngenes

Kedua kali setelah gue kalah ikut kaya beginian, gue nggrentes, elu tau nggak apa itu nggrentes, ya udah kalo nggak tau buat PR.. apa tadi?.. oya nggrentes kalo sekolah gue pengen menang, sekolah gue kudu ngirim Salafi.

Eh, malah pas udah waktunya dia ikutan malah sekolah gue kagak ngirim utusan buat ikutan lomba ini, mungkin trauma.

Dan sekarang dia ikutan ke yang lebih tinggi lagi, di UI broh.. you know lah gimana parlentenya kampus ini.. dan hasil mengatakan dia bersama teman-temannya berhasil menjadi juara umum di perlombaan ini.

Gue bangga ama mereka, khususnya ama si Salafi gue bangga pake banget, dia termasuk makhluk langka yang harus dilestarikan, eh bukan tapi dikaderkan juniornya biar bisa kayak dia, tapi kayak ginian mah bukan soal kader sih yah, ini tuh tentang passion jadi kalo kita punya passion maka harus kita kembangkan.

Dan dia, si Salafi termasuk pribadi yang mengamalkannya.. dia suka di dunia jurnalistik maka dia terjun ke dunia itu, jadi tak heran kalo prestasinya di bidang itu gemilang.

Gue sebenernya dari dulu pengen banget muji dia, tapi nggak tau harus muji apa dan pake apa dan bagaimana, soalnya dia belum bisa nunjukkin apa kek yang bisa gue bikin bahan buat pujian, apalagi dia kan sok kegeeran gitu kalo dipuji jadi ogah lah.

Ya sekarang mumpunglah dia habis menang lomba kan?.. gue puji ya Salapeng, gitu panggilan ngeselin gue ke dia.

Intinya selamat lah buat yang juara, kaya yang lain Fahmi, Sibawaih dan Fajar.. kalian HEBAT, MARVELOUS dan GEMILANG!.. gue bangga ama kalian tapi nggak tau gue bisa ngasih apa ke kalian.. ucapan selamat juga untuk teman-teman angkatannya El Fatih Class.. kalian yang lain juga HEBAT! #proud sekian.

Saatnya Bermetamorfosa

Persiapan untuk khataman aqidatul awwam & tuhfatul athfal sudah sampai tahap pendalaman materi.

Entah kenapa hati ini gelisah, menebak-nebak siapa yang akan menggantikan posisiku dahulu sebagai host acara.

Aku sudah jatuh cinta dengan posisi itu. posisi kita ditempati oleh orang lain itu rasanya tidak enak, tapi kalau alasannya karena saya sudah lulus dari sana jadi sudah sewajarnya saya harus bersikap dewasa dengan menerima secara lapang dada, justru terus mendukung siapapun agar bisa turut berkarya.

Mungkin dua kali aku menjadi sudahlah sangat cukup, tidak kurang dan tidak lebih, siapa tahu jika di ketiga kalinya saya menjadi justru hancur berantakan, dan kalaupun jadi tanpa adanya teman-teman seangkatanpun akan terasa beda.

Alasan karena saya sudah lulus merupakan alasan yang bisa diterima, berbeda jika saya masih disana dan saya sudah tidak dianggap lagi.

Sekian dan terimakasih kepada panitia-panitia khotmil qur’an yang telah mempercayai saya beserta teman-teman yang selalu mendukung saya untuk berkembang.

Dari Kucing Menjadi Macan

FB_IMG_1451543723964

Sewaktu masih sekolah di MTs Al Hikmah 2 Benda, saya itu orangnya pemalu, ingin meraih mikrofon yang moderator pegang kemudian menjawab pertanyaan yang diajukan pada acara Khataman Aqidatul Awwam & Tuhfatul Athfal-pun saya tidak berani sama sekali, padahal pada waktu itu saya ingin sekali maju ke depan menunjukkan pada Ayahanda bahwa anak pertamamu ini sebenarnya bisa.

Namun entah mengapa di lain kesempatan di tempat yang sama, merupakan suatu hentakan ketika ditawari untuk menjadi moderator acara Aqidatul Awwam & Tuhfatul Athfal. Waktu itu saya masih kelas dua MAK Al Hikmah 2 Benda, hanya berbekal apa yang saya dapat selama menjadi penyiar radio Tsania FM 101.8 MHz yang walaupun sering didengar suaranya oleh para pendengar namun tidak menampakkan wujud aslinya, untuk pertama kalinya saya memberanikan diri untuk menerima tawaran tersebut dan berdiri di atas panggung yang pernah saya dambakan, di tengah eluan, tepuk tangan dan juga semangat.

Entah mengapa dan untuk alasan apa saya menerimanya, hingga beberapa menit sebelum saya ON AIR, saya baru sampai di tempat lokasi, GOR Serbaguna Al Hikmah 2 dan mendapati Mas Faiz, produser sekaligus trainer saya di stasiun radio Tsania FM, rasa ini semakin beraduk-aduk antara rasa mulas dan mual karena grogi.

Akhirnya tanpa menjinjing ilmu kemoderatoran saya lalui begitu saja, lampu sorot yang ternyata begitu terang seperti ini bagai malam panjang menjadi fajar mentari pagi. Saya fikir itu semua sudah sempurna untuk ukuran saya yang masih pemula begitu juga yang dikatakan oleh teman-teman saya, termasuk partner saya, Muzaki pada waktu itu.

Pada tahun berikutnya, mendekati hari acara tersebut, saya bertanya-tanya, apakah saya masih dipercayai untuk membawakannya? Hingga beberapa jam sebelum sesi tanya jawab, karena memang moderator hanya meng-handle sesi tersebut, saya baru dikabari oleh Mas Rifqi pada waktu itu untuk kembali tampil, padahal sebelumnya saya sudah pesimis dengan beribu-ribu pertanyaan, apakah dulu saya buruk? atau bagaimana?

Partner saya yang pertama, Muzaki enggan saya ajak kembali. Saya semakin khawatir, saya tidak ingin acara ini gagal hanya karena saya. Saya berfikir sampai akhirnya saya menemukan ide untuk mengkader junior saya, karena waktu itu saya sudah kelas tiga akhir MAK Al Hikmah 2 Benda, dan saya tahu tahun berikutnya bukan saya lagi yang akan membawakannya. Maka saya putuskan untuk memilih Alawiy junior saya, dua tahun dibawah. Saya yakin saya akan cocok bersamanya karena ber-partner itu dibutuhkan adanya chemistry tersendiri. Acara itupun saya bawakan lagi dan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, acara tersebut sukses terselenggara padahal saya sebelumnya merasa ini sebuah kegagalan, ini sebuah kegagalan!

Di akhir kalinya saya berdiri di panggung tersebut, saya dikabari oleh junior saya, yang juga teman Alawiy yaitu Rezy bahwa penampilan saya tadi malam dikritisi oleh pengasuh Pon. Pes. Al Hikmah 2 Benda, Abah Sholahuddin Masruri. Seketika itu saya shock, saya kira sebuah kritikan buruk untuk saya, ternyata sebuah pujian karena kostum yang saya dan Alawiy kenakan yaitu peci, kemeja dengan dasi dan sarung. Sungguh kostum yang sangat aneh namun menjadi keindahan tersendiri untuk kalangan santri. Saya bernafas lega.

Rezy jugalah yang menjadi penyemangat saya untuk melanjutkan perjuangan saya menjadi seorang host. Saya masih ingat kalimat yang ia lontarkan pada saya bahwa saya ini hebat karena tidak semua orang bisa melakukan apa yang saya lakukan. Terimakasih Rezy.

Kegagalan? Saya-pun pernah mengalaminya. Waktu itu malam takbiran Idul Adha, kejadian ini terjadi di pertengahan antara debut dan penampilan akhir saya di dunia ke-MC-an sehingga menjadi ganjalan dan pertimbangan untuk melanjutkan perjuangan pada penampilan akhir saya yang sudah saya jelaskan panjang lebar sebelumnya. Kembali lagi, waktu itu saya dan Ogi diamanati menjadi MC non-formal acara takbiran yang diadakan oleh pengurus pondok. Saya kikuk membawakannya karena ternyata berbeda dengan acara sebelumnya. Letak kesalahan saya yaitu dalam perhitungan waktu untuk tampil bagi tiap-tiap delegasi dari masing-masing sekolah. Entah mengapa kesalahan ini terjadi pada saat SMA Al Hikmah Benda tampil, bukan karena disengajakan karena SMA itu rival MA, tapi karena kesalahan, kesalahan is kesalahan, dan itu kesalahan saya yang teledor menghitung menit mereka tampil. Seharusnya saya tidak memberhentikan prosesi penampilan mereka hanya karena waktu yang ditentukan sudah habis, namun saya melakukannya dan membuat mereka malu. Di pertengahan acara tersebut saya meminta break untuk meminta maaf pada yang bersangkutan dari pihak SMA ditemani oleh ketua panitia, Falah. Acara itu dibawakan sampai akhir oleh Ogi. Seusai meminta maaf, walaupun sudah dimaafkan saya masih terbayang-bayang ekspresi wajah kecewa mereka dan saya memutuskan untuk berhenti sebelum acara usai. Terimakasih saya ucapkan pada Zainal, adik saya yang pada waktu itu telah menghibur saya. Sebelum itupun kesalahan sudah saya lakukan dengan menginstruksikan penonton bisa beristirahat dengan berjajan lalu kembali lagi, namun justru tempat menjadi semakin sepi.

Demikian cerita pengalaman saya menjadi pembawa acara, dibuat dengan sedemikian adanya, tanpa ada unsur dibuat-buat, 100% asli.
Terimakasih. 🙂

Hari Santri Memang Layak Ada di Indonesia

Hari Santri Nasional yang mulai tahun ini telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, setiap tanggal 22 Oktober tentunya sangat menarik simpatisan dari kalangan santri. Karena jumlah santri di Indonesia masih tergolong sangat banyak dibanding negara-negara lain.

Seakan mengalahkan Hari Valentine, hampir seluruh pondok pesantren di Indonesia merayakan perayaan hari jadi santri ini, mulai dari upacara bendera, pawai kirab, dll. Tidak kalah, para santripun gencar mempublikasikan sebuah ucapan Selamat Hari Santri Nasional di akun sosial media milik mereka masing-masing. Sehingga tidak mengherankan jika ketika para netizen berselancar di dunia maya banyak menemukan status baik itu di beranda facebook, dinding twitter ataupun sosial media yang lain.

Terlepas dari semua itu, di belahan dunia lain yaitu di Negeri mengalirnya Sungai Nil, seorang santri lulusan Pon. Pes. Al Hikmah 2 Benda mengutarakan rasa kekecawaannya tidak bisa merasakan kebahagiaan yang teman-teman lainnya rasakan di Indonesia. Santri yang berdomisili asal Tegal ini mengatakan bahwa walaupun mahasiswa Universitas Al-Azhar banyak dari kalangan santri, namun belum ada inisiatif untuk hari jadi baru di kalender penanggalan Masehi ini. Ditambah mengenakan peci dan sarung sangat dinilai aneh di negara ini. Terlebih memakai sarung di negara ini identik dengan seorang suami selepas menggauli istrinya. IMG_20151022_073858IMG_20151022_073858

Lulus Malhikdua, Yakin Ingin Belajar di Al-Azhar University?

IMG20150915132522
Setiap tahun bisa dipastikan sejumlah siswa alumni Malhikdua melanjutkan studinya ke luar negeri, khususnya Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Menduduki peringkat pertama, Universitas di Negeri Kinanah ini masih eksis menjadi ikon Malhikdua, karena tidak sedikit alumni-alumni Malkhikdua yang berminat untuk menimba ilmu disana, bahkan menjadi bahan perbincangan terfavorit di kalangan siswa-siswi kelas akhir Malhikdua Program Keagamaan.

Belajar dari kegagalan, tidak semua jalan yang para alumni Malhikdua tempuh, semulus yang direncanakan. Selain tidak lolosnya beberapa alumni Malhikdua di tahap penyeleksian, mereka yang lolospun masih dihadapkan dengan seleksi alam agar mendapatkan satu kursi di perkuliahan.

Tes seleksi tahap kedua yang awalnya akan diselenggarakan di Indonesia kemudian terpaksa digagalkan pada waktu itu karena ketidaksiapan dari pihak Al-Azhar, justru membuat alumni Malhikdua yang lolos tes seleksi tahap pertama merasa berat. Ditelisik dari tingkat kesulitan soal-soal yang mereka dapatkan, soal-soal tersebut lebih sulit dari soal-soal tahun lalu yang diadakan di Indonesia. Sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar dari mereka maksimal menempati Mustawa Mutaqoddim Awwal atau tingkat lima dari Dauroh Lughoh.

Dauroh Lughoh adalah sebuah tempat kursus Bahasa Arab yang dikhususkan untuk pelajar-pelajar non-native seperti dari negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei dan Nigeria. Pada tahun ini, hanya Mustawa Mutaqoddim Awwal yang menjadi batas minimal diperbolehkannya calon mahasiswa baru Universitas Al-Azhar, itupun disertai penambahan waktu jam pelajaran dengan memberangkatkan peserta didik satu jam lebih awal dari jam biasanya yaitu pukul 08:00 CLT (Cairo Limit Time).

NB: sudah saya posting di malhikdua.sch.id

Ayah Mencintai Kita dalam Diam

20150717_073546

“Iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertaqwa.”

Mendengar sepenggal bait dari lagu itu, merinding rasanya hati ini. Bagaimana tidak? Harta warisan yang mungkin kita tenang olehnya ternyata masih ada hal lain yang membuat kita gusar.

Iman, yang tanpanya kita tidak akan mendapat ketenangan sejati yang abadi. Jika kita hanya memikirkan kebahagiaan dunia, mungkin sudahlah nyaman bagi mereka yang berduit.

Namun bagi sebagian dari mereka yang beriman justru tidak nyaman dengan harta yang mereka miliki, karena harta mereka tidak akan bisa menolong mereka di kehidupan selanjutnya. Bahkan, seorang ayah yang alim, beriman dan bertaqwa sekalipun tidak mampu memberikan sebagian ketaqwaannya pada anak-anaknya.

Mungkin bisa saja seorang ayah mengajarkan apa itu iman, apa itu taqwa, bagaimana caranya dan segala macam yang membawa kita menuju ke jalan yang benar, akan tetapi sekali lagi iman letaknya ada pada hati.

Hati seseorang tidak ada seorangpun yang tahu. Teruslah berdoa dan mendekatkan diri pada Allah agar kita selalu dalam kondisi beriman sampai meninggal nanti.

Memiliki ayah yang bertaqwa tentulah sangat beruntung. Sebagai tolak ukur agar kita bisa melakukan lebih dari yang beliau lakukan. Setiap harinya kita akan termotivasi dengan perkataan dan perbuatannya. Dan juga ketika kita berada jauh darinya, kita akan terus terngiang dan rindu akan nasihat-nasihatnya.

Bukan berarti ketika kita memiliki seorang ayah yang biasa saja kadar amal ibadahnya, kita termasuk orang yang rugi. Justru dengan keadaan seperti itu, kita harus tergugah agar bisa menjadi lebih dari apa yang ayah kita jadi. Kitalah yang akan membawa mereka ke surga, kita sendirilah yang akan mengantarkannya. Karena salah satu amal yang tidak akan berhenti sampai kita meninggal sekalipun yaitu doa anak yang sholeh, apalagi ketika kita berbuat baik, menuruti apa yang orangtua kita ajarkan.

Saya sedikit agak tidak setuju dengan perkataan yang menjelaskan bahwa seorang pemuda yaitu yang mengatakan ini saya bukan ini ayah saya. Sebab, negasi dari kalimat tersebut hanya ditujukan untuk mereka yang bersombong diri dengan kedudukan ayahnya. Penyertaan ayah dalam segala lini kehidupan kita sangatlah perlu bagi seorang anak. Tertulislah nama di batu nisan kita fulan bin fulan. Seorang istri juga seharusnya menyertakan nama ayahnya di akhir namanya bukan nama suaminya. Ayah mencintai kita dalam diam. Tak perlu penjelasan lebih lanjut. Kita semua paham arti kata ayah walaupun ayah disebutkan setelah kata ibu tersebut sebanyak tiga kali. Ayah yang mebiayai segala kebutuhan kita, pakaian yang kita kenakanpun merupakan bentuk jelmaan dari keringat orang tua kita.

Yang Ada Hanyalah “Tersesat di Jalan yang Benar”

FB_IMG_1444141354487

Pernah terfikirkan Anda salah memilih jurusan ketika memulai pendidikan di tingkat SLTA? Atau mungkin salah lebih memilih madrasah daripada sekolah negri? Dan yang sering terjadi adalah calon mahasiswa yang memasuki dunia perkuliahan namun merasa tidak cocok berada di fakultas yang ia konsentrasikan bahkan salah masuk perguruan negri. Mumpuni dan berminat di pengetahuan umum namun ditakdirkan memakan bangku kuliah di dunia keagamaan. Atau mungkin sebaliknya.

Perlu diketahui, tak selamanya yang kita inginkan baik untuk kita dan yang kita eggan buruk untuk kita.

: {وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 216]}

Semua yang Allah takdirkan untuk kita memiliki hikmah daripadanya. Mungkin ketika kita berbakat di bidang ilmu tertentu namun kita bukan berada pada tempatnya, Allah bermaksud agar kita mengenal ilmu Allah yang sangat banyak tanpa menghilangkan potensi kita di bidang yang kita kuasai, karena Allah tahu mana yang harus kita ketahui dengan cara berijtihad dan mana yang bisa kita dapat hanya dengan mempelajarinya sendiri.

Memang sulit untuk bersaing di bidang yang tidak kita gemari dan kuasai serta berada di tengah-tengah mereka mereka yang memang sungguh meminatinya. Sulit! Sangat sulit! Namun apakah berarti kita tidak lebih baik dari mereka? Aku tak tahu jawabannya karena menjadi orang baik itu adalah sebuah keharusan tetapi merasa lebih baik dari orang lain adalah sebuah larangan. Tetap semangat!

Sepucuk Surat untuk Keluarga di Indonesia

12011258_1004981752856049_3025809405687542272_n

Sesungguhya yang membuat rindu ini semakin dalam itu pengetahuan kita bahwa jarak diantara kita sangatlah jauh.

Padahal tak ada bedanya sekalipun kita berada di jarak yang dekat namun mata tak bisa saling menatap.

Hanya waktu yang membedakannya.

Namun sebenarnya di masa penantian inilah, kepompong akan menjadi kupu-kupu yang indah. Percayalah!

Tak Selamanya Mendengar Kata GoBlog Berkonotasi Negatif

FB_IMG_1444141651793

Untuk menjadi GoBlog tidaklah harus menunggu sampai laptop terbeli.

Kemajuan teknologi seharusnya memudahkan kita untuk mengakses segala bentuk kabar dunia apapun dan dimanapun cukup dengan menggunakan benda kotak yang terlalu sering menyaingi Al-Qur’an berada di genggaman tangan kita.

Sayalah contoh dari blogger yang hanya memanfaat ponsel saya untuk terus menumpahkan tinta yang insya Allah akan ditimbang tidak lebih ringan dari darah para syuhada.

Seharusnya kita bijak menanggapinya, ketika kita tega meninggalkan Al-Qur’an ( Na’udzu billah, jangan sampai ), kita tanyakan apa yang membuat kita menduakannya? Ibarat kita memadu istri kita, apakah kita berpaling kepada yang lebih baik atau malah tidak lebih baik daru yang kita tinggalkan sebelumnya?

Marilah kita berfikir untuk tidak meninggalkan yang lebih baik bahkan tidak ada keraguan apapun pada kebaikannya!

Marilah kita juga membuat apa yang membuat kita tertarik padanya menjadi rasa ketertarikan yang bermanfaat.

Ayo kawan jadi GoBlog bersama saya!
Santri GoBlog, Fadlu Rohman 🙂

Maksud Duri Melindungi Mawar

FB_IMG_1444141807771

Tidak selamanya orang yang berbuat jahat terhadap kita membenci kita sepenuhnya. Terkadang mereka terpaksa berbuat jahat terhadap kita karena tak ada usaha lain lagi setelah ia menaruh perhatian namun tidak terbalaskan oleh kita atau mungkin ia malu bahkan tidak ingin perhatian ia terhadap kita terlihat jelas, hingga akhirnya ia berbuat jahat terhadap kita hanya untuk berinteraksi khusus dengan kita walaupun sebenarnya salah dengan cara itu.

Pertanyaannya, mengapa harus begitu caranya? Sampai ketika kita asyik dengan teman maya kita, ia tidak ingin kita terlalu sibuk dengan dunia kita tanpa dirinya alias mengabaikan ia.

Pertanyaannya, jika ia tidak bisa membuat kita bahagia, salahkah kita mencari kebahagiaan dari sisi lain? teman di dunia maya sekalipun?