Hanya Lihat ke Depan

FB_IMG_1471481814388

Kadang suatu keterpaksaan adalah jalan keluar.

Ketika kita tak ingin membeli nasi bungkus yang lewat depan rumah karena berisi sedikit, maka kita terpaksa harus rela berjalan ke tempat lain demi tidak membelinya.

Ketika kita merasa salah ambil jalan, maka tidak ada kata mundur, yang hanya bisa kita lakukan adalah bergegas agar lekas keluar dari jalan tersebut.

#Fadhlunisme

Ahli Perasa yang Sesungguhnya

Banyak orang berlidah peka terhadap masakan sehingga apa yang mereka masak terasa enak dihidangkan, namun sedikit yang ketika berbicara mengenakkan hati pendengarnya, itu semua karena mereka tidak belajar dari sisi lain keahlian yang mereka miliki, andai saja mereka mencicipi dahulu kata-kata yang akan mereka lontarkan ke lawan bicara mereka seperti halnya seorang koki menambahkan gula agar tidak pedas pada masakan, maka mungkin akan banyak pelanggan berdatangan untuk sekedar duduk berdiam diri berjejeran tanpa sepatah kata bahkan turut menyenderkan kepala karena mereka merasa aman di sisinya.

Selamat pagi, selamat beraktifitas, terus tebarkan kebaikan, buat minimal tiga orang tersenyum setiap harinya dan selalu semangat menggapai impian!

#Fadhlunisme #FadhluQuotes

Desaku yang Ku Cinta

Pagi ini, ku buka pintu rumahku, terlihat jelas di depan mataku, berbaris pepohonan, pisang yang mendominasi. Pikiranku melayang, mengingat masa kecilku yang selalu mengisi waktu luangku untuk berkebun dekat rumahku, walaupun itu bukan kebunku, masa itu sahabatku satu-satunya hanyalah alam, alam yang mengerti bagaimana menghibur hati yang gundah gulana ini, ketika aku merengek menangis karena tidak dituruti apa mauku, maka alam lah yang menenangkanku, bermain di atas pasir, mencari undur-undur, mengenali setiap tumbuhan yang aku lewati, bermain di sekitar sumur kebun, menerobos pagar-pagar pembatas kebun, terbeler, tersayat, tertusuk duri, itu hal biasa. Bersama kawan-kawan masa kecilku, kami memanfaatkan segala apa yang ada untuk dijadikan bahan mainan kami, kami tak butuh membeli plastik yang berbentuk orang-orangan, kami hanya mengumpulkan serpihan-serpihan genting yang sudah tidak terpakai, mencari plastik dan mengisinya dengan pasir, begitu saja kami sudah bahagia. Kini, pagar-pagar pembatas itu sudah semakin menjulang, menghalangi anak-anak untuk memasukinya, dua pohon yang sampai sekarang aku tak tahu apa jenisnya kini telah ditebang, pohon kelapa satu-satunya yang dekat rumahku pun sudah lama ditebang bersama dua pohon itu. Lapangan luas depan rumahku kini telah menjadi pabrik, sehingga namanya kini hanya tinggal sejarah. Pepohonan hijau sepanjang jalan kini telah menjadi bangunan-bangunan megah. Kini aku tak takut lagi di waktu malam menyusuri jalanan menuju ke surau. Bahagia memang, namun jika aku mengingat masa kecilku, hanya ada rasa sesak di dada. Ku lanjutkan perjalanan, ku starter sepeda motorku, ku lihat di sekeliling, masih tumbuh pepohonan kecil yang sama persis dengan dulu. Aku kira pohon-pohon ini yang masih bisa bertahan. Embun di atas dedaunannya, kabut yang menyentuh lembut wajahku, udara sejuk yang sangat menyengat di hidungku, pemandangan ibu-ibu hilir mudik membeli ponggol. Oh sungguh, aku tak ingin meninggalkan desaku ini. Tapi tak mungkin, aku hanya bisa berharap anak-cucuku nanti akan tahu bahwa negeri yang mereka singgahi ini sungguh indah, Indonesia – Jamrud Khatulistiwa.

Sebuah Cerita Cinta Pendek

A short love story.

Aku duduk di atas kursi ruang tamu dalam rumahku. Karena rumahku kecil jadi suara dari jalan depan rumahku terdengar jelas dari dalam. Seketika sebuah sepeda melaju dengan kecepatan sedang, namun agak terdengar kencang. Terdengar dengan jelas obrolan seorang ibu pada anaknya yang masih kecil yang duduk di boncengan belakang. Entah mengapa suara itu terdengar lebih jelas dari kebisingan yang lain, atau memang sengaja Tuhan keraskan atau mungkin Tuhan pekakan pendengaranku pada hal semacam ini. Langsung saja ke obrolan mereka, pendek namun penuh arti, silahkan nanti diterjemahkan sendiri-sendiri :

“Engko angger ditakoni njawab ya mad.”
“Iya.” Jawabnya polos.
“Aja meneng bae.” Lanjut ibunya dengan lembut.

Ya Allah, baper. :”)

Terima Kasih Sudah Mengantarkanku ke Sekolah

Hari ini adalah hari pertama kali anak-anak masuk sekolah. Pemandangan kemarin masih terbayang di benakku. Orang-orang tua mengantarkan anak-anaknya ke toko, membelikan alat-alat sekolah seperti tas, buku, sepatu, dan sebagainya, termasuk seragam yang besok akan mereka kenakan. Waktu itu aku bergumam, “Mengapa sekarang? Padahal besok akan dipakai, bagaimana jika hari ini tak menemukan seragam yang pas, tentunya hari ini mereka akan kewalahan mencarinya, atau bahkan hari ini mereka tak menemukan dan besok tidak mungkin untuk mencari lagi.” Sesaat kemudian aku melanjutkan gumamku, “Mungkin mereka berbeda, mereka yang tidak bisa membeli langsung apa yang mereka inginkan, mereka yang masih memikirkan sesuatu padahal hal itu telah tuntas mereka kerjakan, mereka yang butuh berhari-hari membendung tangisan hati acap kali anak-anak mereka menagih mana seragam baru mereka yang akan mereka kenakan di hari pertama mereka masuk sekolah, mereka yang senang bercampur sedih melihat anak-anak mereka bisa merasakan apa yang anak-anak lain rasakan, cukup.”

Pagi ini aku mengantarkan adikku ke sekolah, seperti biasa mataku tak bisa hanya berfokus pada jalanan saja, bukan melirik namun terlihat, pemandangan yang sangat eksotis, bukan hijau seperti perkebunan teh atau sawah, ini lebih keputih-putihan, berpadu dengan warna lain yaitu merah, biru dan kelabu. Berbagai macam gerak aku perhatikan, ada yang turun dari mobil dan menyalami ayahnya, ada yang turun dari motor dan melakukan hal yang sama, ada juga yang masih di jalan membonceng ibunya yang sudah lanjut usia, ada yang berjalan bersama kawan-kawannya, ada juga yang menikmati kesendiriannya. Orang-orang tua yang mengantar pun bermacam-macam bentuknya, mulai dari kalangan bawah yang seragam anaknya lebih bagus dari pakaikan yang ia kenakan, sampai kalangan atas yang seragam anaknya tak kalah mahal dengan kemeja dan dasinya. Tak peduli mana yang kaya, mana yang tidak, mereka semua sama, membanting tulang untuk menghidupi keluarga mereka, jangan pernah berfikir yang kaya hanya enak saja bekerja dan mendapat duit, mereka pun sama berkeringat, bahkan mungkin apa yang mereka fikirkan lebih rumit dari sesiapa selain mereka, mereka menanggung beban mental lebih, memikirkan bagaimana harta kekayaannya bisa membentuk pribadi anak-anaknya menjadi baik, karena jarang bagi mereka yang berada untuk bisa bertahan di dunia luar. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada yang lain, saya pun tahu rasanya menjadi orang tua, semua jenis orang tua berjuang demi anak-anaknya. Yang ingin lebih sayang tekankan adalah pada anak-anak yang merasa pernah di sekolahkan oleh orang-orang tua mereka, sudahkah anda sekalian rasakan hasilnya? Pintar, jelas. Namun yang menghiasi keberhasilan seorang anak sesungguhnya adalah akhlak. Orang tua mana yang mau anaknya sukses namun lupa pada mereka? Merasa bahwa kesuksesan yang ia dapat adalah jerih payah usaha ia sendiri.

Tak ada kata terlambat untuk belajar, tak ada kata terlambat untuk bertaubat, meminta maaf bukan hanya di lebaran saja, meminta maaf dengan lisan tidak ada artinya jika kelakuan masih saja bejat. Buktikan pada orang tua kita bahwa mereka adalah orang tua paling beruntung di dunia karena telah melahirkan, membesarkan dan mendidik anak yang sholeh/ah, penurut dan santun seperti kalian. Tidak masalah tidak lebih baik dari anak lain, menjadi yang terbaik untuk orang tua sendiri itulah dambaan setiap keluarga. Semoga kita diberikan oleh Allah yang terbaik di dunia dan di akhirat, tentunya hanya untuk Allah semata. Ya Allah ridhoi kami dalam menuntut ilmu ukhrowi dan duniawi, kami lakukan semua ini semata-mata hanya untuk mengharap ridho-Mu. Karena dengan ini yang hanya bisa kami lakukan, yang mungkin tak bisa membayar lunas hutang-piutang yang pernah Engkau berikan pada kami berupa kenikmatan yang tiada tara. Cukup sekian yang bisa saya tuliskan, kurang lebihnya saya mohon maaf, akhir kalam assalamu’alaikum wr. wb.

🙂

Hutang Kita pada Orang Tua

images

Setiap penyakit pasti ada obatnya. Tapi sepertinya hanya di Indonesia petuah itu tidak berlaku. Mengapa? Ambil saja contoh ketika seorang anak membentak orang tuanya, itu merupakan penyakit, penyakit durhaka pada orang tua, namun kenyataannya di Indonesia apakah kita boleh mengobatinya? Ternyata jawabannya tidak. Obat satu-satunya yang manjur yang dari dulu nenek moyang kita turunkan pada kita untuk mengatasi hal seperti ini yaitu dengan menyabet, menempeleng bahkan mengguyangnya dengan air. Tapi? HAM melarangnya, seakan-akan HAM punya obat lain untuk mengatasi penyakit macam ini. Kalau mungkin ini di zaman Nabi Musa dan Nabi Khidir, anak durhaka macam itu sudah dibunuh saja daripada besar nanti menjadi anak yang durhaka. Tentu saja dengan munculnya Islam mendatangkan rahmat untuk alam sekitar. Rasulullah pun memerintahkan orang tua ketika anak yang sudah berusia sepuluh tahun lalu enggan untuk sholat maka semestinya anak itu dipukul. Lalu? HAM ingin mengkafirkan Indonesia? Orang tua di Indonesia itu termasuk orang tua paling penyabar dan penyayang, jarang ada yang kasar, berbeda dengan negara lain yang pernah saya singgahi, justru kebalikan yang bisa kita temui disana, jarang ada orang tua yang tidak kasar pada anaknya. Tapi itu semerta-merta untuk kebaikan anaknya kelak. Jaman sekarang kebaikan orang tua malah disalahgunakan, orang tua baik pada kita bukan untuk didurhakai tapi untuk dihormati, sudah menjadi hukum alam bagi orang yang lebih tua menyayangi anak kecil dan anak kecil menghormati orang tua. Coba dipikir, kalau saja kita bukan darah daging orang tua kita, sudah dari dulu orang tua kita mengusir kita, kalau saja orang tua kita tahu kita besar nanti akan menjadi makhluk yang durhaka pada ayah-ibundanya, maka mungkin masa kecil kita terabaikan begitu saja. Sadarlah, kita berbuat baik atau berdiam saja terhadap orang tua saja tidak bisa membalas kebaikan orang tua, apalagi ketika kita berbuat jahat pada mereka, hutang kita menumpuk pada mereka. Ketika kita segan berbuat tidak baik pada orang lain, seharusnya kita teringatkan dengan perlakuan tidak baik kita pada orang tua kita dan mulai memperbaiki kekurangan itu. Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat, perbanyaklah istighfar pada Sang Khaliq yang telah menciptakan orang tua kita dan melembutkan hati mereka sehingga kita tidak haus akan kasih sayang. Bertaubatlah juga pada orang tua kita, karena ridho Allah terletak pada ridho mereka.

Lintingan Kertas Wong Tegal II

Ajibe kasus nang Indo kuwe kasuse umsuman. Umsum pencabulan ya mbuh kosi kapan isine pencabulan tok. Sepisan ana kabar guru dipenjara gara-gara njiwit muride ya mbuh kosi kapan kaya kuwe terus.

Indo dasare sasaran paling empuk, pan didolohi apa bae ya mlebu, pan ditanduri wijil apa bae ya bakale tukul. Apa sih sing nang dunia ana terus nang Indo laka? Komunis ya ana, syiah ya ana, ISIS ya ana, LGBT ya ana. Mbuh sing salah sapa.

Herane maning sepisan Indo melu-meluan kaya kuwe langsung loh sing dimeluni kuwe dadi gede nemen nang ranah dunia. Berarti emang dasare Indo kuwe ngaruh nemen nang dunia.

Sing gawe lucu ya wong Indo kuwe lokan melu-melu tok, sak srege ati, kayong katone apik ya dimeluni. Pada ora duwe dasar iman apa yah, gur meloni hawa napsu tok. Pada gelem senenge nang dunya, ora gelem mikiri engko nang akherate mbuh pimen nasibe.

Mulane pada sing bener dadi wong Indo. Melasi sung nyong tah karo pahlawan-pahlawan sing wis gawe apik Indo. Melasi nyong tah karo engko anak putune dewek.

Eling ya, kejahatan kuwe ora mandeng sapa wonge, bener kaya apa wonge, angger sepisan ana kesempatan bisa bae wong bener ngelakoni kejahatan. Mulane yuh awake pada disibukna karo kegiatan sing positif, eben apa bae sing dilakokna ya positif.

Wedi lah wedi karo Gusti Allah. Minimale wedi lah karo nerakane angger ora bisa wedi tur isin karo Gustine.

Aku cinta Indonesia seisinya. <3

Lintingan Kertas Wong Tegal I

Mbuka koran isine pelecehan seksual tok. Krisis emang krisis moral siki Indo. Sing uripe ora karuan mbuh pimen ngko masa depane ya putus asa, wis ora peduli harga diri, donge tah ya tangi terus uripe diapiki, wong urip ora sepisan tok, apa maning dunya kur sedelat, ngko suwene nang akherat, sak lawase, gelem ngko disiksa ngana seumur-umur? Ora urip ora mati disiksa ngana. Yuh lah gyan sing siki esih sekolah, sekolahe ya dikentengi, goblok ora papa sing penting oleh ilmu eben dadi wong beradab, ana sing luwih pinter ora papa sing penting koene dewek pinter. Terus sing siki kerja ya nduwe awak dijaga, melasi wong tua ngko melu disiksa, akeh langgar, akeh tempat pengajian, dimeluni dimeluni. Sing sekolah ya ora kedeng kur sekolah tok, buktine siki wong sekolah kesane wong pacaran ora nggenah. Ndi kae bocah sing kutu buku sing lokane maca buku? Ndi? Dieceni tok oh ya. Sing kaya kae sing bener sing kudune ditiru malah dikaya kuwekna. Islam lah islam, islam kuwe agama sing wis lengkap tur jelas ngatur uripe menungsa, gari nurut bae apa angele. Islam nglarang kiye kuwe ya emang bener. Masa nyong maca berita maning-maning kasus kaya Yuyun, cah wadon siji nggo barengan cah lanang akeh, keh cah wadon, rungokna, cah lanang kuwe batire akeh, lanang siji be angel oh ya dilawan, pimen nek misale gawa batir, siki wong dang lagi emosi kuwe ora sadar, fitrah menungsane kuwe wis rusak dadi lakoni apa bae ya ora mikir ngko resikone piben. Terus pimen nek misale kebelet men pengen duwe pasangan? Sepisan maning nyong ngomong gari sinau agama sing bener, jawabane ana kabeh nang islam. Ustad pating tlektek takoni mana lah. Aja mikir lah nyong tah dudu wong alim ngko dikira sok alim, ok siki koen gelem nek misale koen disiksa gara-gara ngurusi omongane kae bocah sing ngomongi ko sok alim? Nek koen disiksa, wong mau miki ora bakal peduli, wong mau miki ora bisa apa-apa, malah ndean lagi disiksa bareng. Ayolah duwe cita-cita kuwe sing apik, dadi wong bener, dadi wong alim, ora peduli alim tingkat RT apa kelurahan, sing penting alim nggo awake dewek, aja gawe wong tua nyesel nglairna ko, tapi gawe wong tua seneng gara-gara ko wong tua bisa mlebu suarga. Wong tua keh seneng nek anake ngalim, wis ora usah kudu juara kelas, njaluk salaman pamit mangkat ngaji be bungahe ora karuan wong tua. Siki keh kudune jamane gawe wong tua seneng, sing cinta mati karo dewek sebener kuwe wong tua, eh malah wong tua dibentak, anake wong sing durung halal disayang-sayang, sih kepiben. Sing wong tuane penjahat be ora gelem anake dadi penjahat kaya bapane. Nek misale ana berarti edan kuwe bapane. Nek misale ana kaya kuwe walaupun islam ngongkon bakti karo wong tua, tapi nek wong tuane kelewat bates islam ngongkon kudu milih islam daripada wong tua. Siki kerja apa bae karepe sing penting halal, dagang? Islam ya wis ngatur, wong nabine islam be mbiyen dagang koh. Masa ya aku maca koran ana bocah SD wis bisa mrawani wong, bocah wadon SMA disogok anune nganggo pacul daning pacare sing esih SMP. Pimen jal? Indonesia sebenere kuwe wis pas, ora sekuler ya ora agamis. Hukumane mesih enak dibanding hukuman negara agama. Apa gara-gara kuwe dadi disepelekna? Gelem sing hukum adzabe Allah langsung? Siki tah kudune ana nang ngarep mata, sing gaib ya ora dipercaya sih pimen lah wong nang qur’an wis kadi awal dikongkon percaya karo goib. Siki keh jamane kudu ana duite ngarepe eben gelem ibadah. Padahal pahala kuwe luwih gede. Pimen rasane jal nek misale nabung trus pas pengen dibobok jebule isine akeh nemen, seneng mbok? Mulane. Kiye aku kaya kiye dudu kerna nyong wong wis bener, aku ya pada egin lakokna dosa, mulane saling ngingetna lah. Ah mbuh keh keder pan ngomong apa maning. Ngapurane ya nek ana sing ora menaki nang ati. Aku kur pengen dewek maju bareng ora sing liyane. Wis. Wassalam.

Kekuatan Pujian

Lebih dari tiga orang yang nginbox sekarang lagi khataman akhirussanah, gak jadi MC lagi khi?

Berasa dihargain karya gue. Seneng banget rasanya karya kita dihargain sama orang lain, dan seneng juga orang lain menikmatinya.

Sungguh sekarang gue bisa apa? Sekarang gue hanya pohon sakura yang tak tumbuh subur di padang pasir.

Gue ingin berkarya lagi, gue ingin orang lain bahagia, gue ingin everything at once.

Terima kasih kalian. 🙂

Pesan gue, jangan pernah gengsi untuk memuji -kecuali kalo orang yang dipuji kegeerannya minta ampun-, kalo gue bukan kegeeran loh, kegeeran tapi gak parah banget lah, cuma seneng aja liat orang lain seneng.

Dengan memuji juga bisa membuat orang yang dipuji terobsesi dengan pujian kita dan membara-bara ingin terus berkembang, namun dengan catatan tanpa bumbu penyedap, dalam artian kita memuji seadanya, tidak usah mengada-ada, dan sekalipun nggak ada yang ingin dipuji, lebih baik tidak usah daripada mengada-ada.

Karena dengan mengada-adakan pujian bisa menimbulkan suatu keburukan walaupun bisa juga menimbulkan kebaikan. Semisal orang yang kita puji terobsesi dengan pujian yang kita ada-adakan tanpa sepengetahuan dia, maka ketika ia membangun batu batu untuk dijadikan bangunan impiannya lalu jadilah bangunan itu, maka itu termasuk suatu kebaikan yang ditimbulkan oleh mengada-ada tadi.

Sebaliknya ketika kita melakukan hal yang sama namun justru bukan itu pohon yang pantas ia panjat, maka sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai orang yang telah memberikan lecutan di awal ia meniti.

Tapi jangan ngejek kecuali kalo cuma bercanda dan hentikan candaan itu kalo terlihat orang yang diejek tidak menyukainya.

Intinya disini kita diajarkan untuk mengatakan sesuatu sesuai kadarnya.

Cayoo.. 🙂

Indonesia vs Cina

Mahasiswa azhar yang dari Indonesia dan yang dari Cina itu tidak jauh beda jumlahnya. Menandakan kalau di Cina itu islamnya masih kental, walaupun islam disana bukan termasuk agama yang dianut oleh mayoritas penduduk, tapi dibanding Indonesia yang notabenenya islam merupakan agama nomor satu di negaranya dan memiliki penganut paling banyak di antara agama resmi lain yang ada disana bahkan dalam ranah dunia, Indonesia masih kalah jumlahnya, memang tidak bisa disalahkan penduduknya karena memang kuota yang pemerintah berikan juga tidak seberapa demi memudahakan pengurusan.

Tapi disini aku pengen ngajak teman sekalian berfikir, lalu apa yang menyebabkan Negara Cina rakus akan kekuasaan? Dan mungkin jawabannya ada pada pemerintahnya. Pemerintah Cina tidak seperti pemerintah Indonesia yang mayoritas beragama islam, jadi jangan heran kalo pemerintahnya rakus walaupun penduduknya kental beragam islam, berbeda dengan negara Indonesia yang sebagian besar pemerintahannya dipegang oleh muslim, mereka percaya akan adanya kehidupan lain setelah kematian, jadi untuk melakukan sesuatu yang hina seperti Cina mereka kudu mikir dua kali, mikir dunia iya dan akherat juga, bukan Cina yang hanya memikirkan dunia yang kalau sudah mati sudah tidak ada pertanggungjawaban atas apapun yang mereka lakukan di dunia.

Indonesia bukan negara islam dan juga bukan negara sekuler, kalau belum tahu definisi negara islam mari saya jelaskan, negara islam itu negara yang menganut hukum sesuai syariat islam, sedangkan negara sekuler adalah negara yang membebaskan hukum dari agama. Indonesia termasuk negara yang menengah dalam artian walaupun negaranya bukan negara agama tapi hukum pemerintahan yang digunakan tidak menyimpang jauh dari agama, tidak senonoh seperti yang negara sekuler terapkan dan masih mengenal norma-norma yang ada, dan norma-norma tersebut bersifat universal untuk semua agama.