Setiap Orang itu Istimewa

Jangan remehkan mahasiswa predikat c, itu tandanya ia mempelajari lebih dari sekedar materi kuliah. • jangan remehkan mahasiswa salah jurusan, itu tandanya ia mahir lebih dari satu bidang. • jangan remehkan aku sekarang, karena aku tidak pernah meremehkanmu bahkan ketika kamu dalam keadaan sulit sekalipun.

Pada intinya jangan pernah meremehkan apapun dan siapapun, karena setiap pribadi mempunyai warna diri yang berbeda.

Hari ini mungkin kita tidak membutuhkan mereka, tapi mungkin suatu saat kita menjadi pegawai di perusahaannya.

Tetaplah rendah hati, selalu mawas diri dan apresiasi mereka yang berprestasi karena kita tidak bisa mendapatkan apa yang mereka peroleh.

Tapi tetaplah percaya diri, karena mereka pun belum tentu bisa menjadi seperti apa kita sekarang.

Ingat, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau.

Orang lain di tempat lain menginginkan posisi kita sekarang.

Bunga mekar bukan karena ingin bersaing dengan bunga lain.

Dan orang yang lebih banyak menelan pil pahitlah, yang lebih mengerti akan arti kehidupan.

Sekolah bukan suatu jaminan kita lebih cerdas, lebih berbudi luhur dan akan sukses nantinya.

Dan mahasiswa tingkat akhir sekalipun belum tentu bisa berfikir seperti mahasiswa tingkat dua ini.

Saya hebat, anda hebat, kalian hebat dan semua orang hebat.

Beri tepuk tangan untuk kita semua.

Kita ini makhluk yang hebat, maka bersyukurlah pada Dzat yang menciptakan kita.

Allah.

Karena tanpa rahmat dan hidayah-Nya, apa kita?

Terakhir, ‘Hati’ adalah cerminan akan kearifan seseorang, semakin suci hatinya, semakin arif pula ia. Tidak percaya? Silakan buktikan.

Bahkan di umur yang masih muda ini pun, saya sudah merasa bosan dengan kehidupan yang begitu-begitu saja.

Berencana – Berproses – Berprestasi.

Lalu apa semua itu? Rasanya sama saja, hanya perannya saja yang berbeda.

Karena jika diamati, kita ini sedang terlena, kita ini lupa dunia itu sementara. Banyak rasa namun sejatinya getir.

Manusia hanya menginginkan apa yang terbaik bagi dirinya, bahkan presiden sekalipun, ia baik terhadap umat karena ia butuh mereka, tanpa mereka apa dia? MF

Follow my ig : @mhmmdfdhlrrhmn

Semu

Jika dipikir, semua orang di dunia ini hanya berfokus pada panggung sandiwara yang sedang mereka pijak saat ini. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kejayaan di dunia ini. Mereka bersikeras untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan manusia lain di dunia ini. Mereka ingin terlihat berkilau, mereka ingin semua orang memandangnya begitu silau, sehingga mereka lupa untuk apa mereka diciptakan di dunia ini. Mereka telah tertipu dengan gemerlap dunia. Memang benar jika kita diharuskan mengimbangi antara dunia dan akhirat kita. Namun, apakah mungkin orang yang sedang berada di puncak-puncaknya mengingat akan Allah? Hanya sedikit sekali yang seperti itu. Maka seyogyanya ketika kita ingin mencapai sesuatu, kita harus menyusun batu bata impian kita berlandaskan Allah semata. Sehingga ketika batu bata itu sudah tersusun rapi, kita tidak akan lupa bersama siapa kita berjuang. Dan seyogyanya ketika kita bertekad untuk membangun sebuah mimpi, kita jadikan Allah sebagai motivasi pembangunan kita. Sehingga ketika kita sudah memiliki segala apa yang kita inginkan, kita akan berfikir apakah semua yang kita impikan selama ini Allah meridhainya atau tidak, dan akhirnya kita akan tersadar bahwa ternyata apa yang selama kita kejar selama ini hanyalah bayangan semu semata. Bangunan yang kita bangun begitu lamanya, akan bisa Allah hancurkan dalam sekejap, lalu apa yang akan kita miliki setelah itu? Nothing. Tapi tenanglah wahai kawan, jika segala sesuatu yang kita inginkan, yang kita perjuangkan dan kita peroleh itu kita hadiahkan untuk Allah SWT, maka segala sesuatu yang kita miliki walaupun bersifat duniawi tapi akan berbentuk suatu ibadah, suatu pengabdian kepada Allah SWT Yang Maha Kekal. Kita mencintai teman kita, people come and go guys! Kita mencintai pacara kita, karena ada maunya kan? Gak mungkin gak ada maunya. Kita mencintai orang tua kita yang kita tahu, semua orang tahu cinta mereka adalah cinta yang kekal, namun apa daya jika orang tua kita tidak bisa menuntun kita pada jalan Allah, atau bahkan kita yang tidak bisa menolong meraka di akhirat nanti. Segala sesuatu di dunia ini hanya Allah yang bisa berkehendak, bahkan Nabi pun ketika menginginkan keluarganya yang kafir agar masuk surga, Allah menolaknya. Jadi, mulai sekarang mari kita pikir kembali, apakah sebuah perencanaan yang kita buat, suatu proses yang sedang kita kerjakan dan sebuah hasil yang sudah kita peroleh itu bisa meningkatkan takwa kita pada Allah atau tidak, jika tidak maka selipkan Allah di dalamnya, walaupun tanpa Allah minta, walaupun tanpa kau berbuat Allah ikut andil di segala perbuatanmu, ingatkah Allah lah yang menciptakanmu. Apakah kau lupa jika Mark Zuckerberg bisa mengatur segala apa yang ada di fb karena ia adalah penciptanya, lalu bagaimana dengan Allah yang menciptakan si pencipta itu? Allah mungkin saja membuat bangkrut Mark, tapi Allah tidak. Allah uji Mark, Allah uji kita apakah kita mensyukuri nikmat Allah, apakah kita ingat Allah, atau justru kita habis manis sepah dibuang. Tahu sendiri kan, bisa rasain sendiri kan gimana sakitnya dikhianatin seseorang. Mengkhianati anak raja pun kau tak berani, ini mau mengkhianati Allah, hallo siapa kamu? Dan ketika kita sedang dalam keadaan genting, akan kah kita putus asa dan lupa bahwa ada Allah yang sedang tersenyum kepada kita? Menaruh harapan begitu besar pada hambanya yang hampir putus asa itu ketika tak ada seorang hambapun yang mempercayainya. Hati memang samar, kadang masih ada yang berkedok mengatasnamakan agama namun sejatinya yang ia cari hanyalah ketenaran, hanyalah pengakuan dari orang-orang. janganlah kita menghakimi jika tidak tahu, sekalipun tahu tidak ada gunanya juga untuk menghakimi, begitulah manusia penuh salah dan dosa, maka harap maklumnya, lalu kita melihat ke diri kita, apakah kita sudah sempurna? Jangan-jangan hanya karena kita berbeda dosa saja dengan mereka. Selalulah berfikir positif, dan selalu tanamkan dalam hati, manusia memang begitu, dan ketika kau telah mendapati bahwa dunia itu terlaknat, maka berlarilah pada Allah, maka ndusel-ndusellah ke pelukan Allah, saya jamin pelukan Allah lebih hangat dari pelukan ibu. Namun, bukan berarti kita melupakan ibu dan ayah kita, berbakti dan menyayangi orang tua kita, menuntun mereka jika mereka salah juga merupakan suatu perkara yang Allah perintahkan pada kita. Ingatlah segala ilmu yang ada di dunia itu kembali pada Allah, ingat kembali siapa yang Allah percayai sehingga Ia mengutusnya. Ingat kembali mukjizat apa yang Allah kekalkan, sehingga umat kita yang tuyingen di zaman atau abad apa ini pun masih belum tersesat. Banyaklah bersyukur kita masih diberi hidayah, banyaklah bersyukur kita masih bisa merasa berdosa. Jangan sampai hati kita keras. Selalu mintalah agar kita masih dan selalu dalam kedaan beriman pada Allah untuk saat ini dan ketika menjelang ajal nanti. Marilah bersaing dalam ketaatan, jika tidak bisa bersaing dengan orang alim dalam hal ketaatan, maka bersainglah dengan mereka si pendosa dalam beristighfar. Jangan bersaing dengan orang bodoh dalam hal dunia, boleh kita mengejar dunia namun taruhlah dalam genggaman tangan, dan akhirat dalam hati. Islam itu agama yang sempurna, umat-umat nabi bahkan pengikut-pengikutnya menginginkan menjadi umat Rasulullah saw. Pelajari ilmu agama disamping kita mempelajari ilmu dunia. Sekian, wassalamu’alaikum wr wb.

Sanggahan terhadap Isu Konyol yang Beredar Setelah Rupiah Baru Diluncurkan

Artikel ini yang saya kemas dalam bentuk beberapa poin berikut sebenarnya bukan hasil dari buah pikir saya, namun rangkuman sumber data yang saya peroleh darinya itu berbentuk audio visual, maka dengan berbangga hati saya menerjemahkannya ke dalam bentuk sebuah tulisan yang saya muat dengan menggunakan bahasa saya sendiri, check it out!

Berikut adalah isu-isu yang beredar setelah rupiah baru diluncurkan:

1. Cinaisasi, karena mirip yuan.
“Jangan-jangan kita juga terkena.”
Begitulah kira-kira tanggapan mereka.
Dan sanggahannya adalah bahwasannya uang kertas yang bentuknya menyerupai rupiah itu bukan hanya yuan, mata uang Cina, akan tetapi uang kertas Kanada, Australia, Filipina dan Malaysia juga ternyata sekilas jika dipandang juga mirip kok.

2. Cut Meutia kagak pake jilbab. (Jilbab UIN bu? Haha..)
Ini nih yang katanya Warga Aceh menolaknya dan memprotes pemerintah untuk menggantinya dengan gambar yang sedang mengenakan jilbab. Ya, bukannya apa sih, ya walaupun gue juga sebenernya lebih ngedukung yang pake jilbab, tapi kan halo guys kita itu tibggal di negara Indonesia yang lu semua tau sendiri kan gimana bejibunnya agama, bahasa dan budaya. Apalagi motto negara kita kan “Bhinneka Tunggal Ika”, berbeda-beda namun tetap satu jua. Jadi lebih rasionalistik sedikit yah, ya bawa agama boleh tapi kita kan lagi tinggal di negara Indonesia, bukan negara agama. Maka junjunglah rasa nasionalisme bukan fanatisme dengan agama. Oh ya satu lagi, tepat setelah isu yang ini beredar setelah di googling juga ternyata kagak ada tuh foto Cut Meutia yang pake jilb*b, eh jilbab maksud saya. Yuk, lanjut!

3. Ada lambang PKI.
“Bahaya PKI hidup kembali!”
Halo, wahai bapak-bapak dan ibu-ibu yang terhormat, itu namanya “rectoverso”, biar gak dipalsuin.
Itu lambang Bank Indonesia, tanda kalo uang kertas itu rupiah bukan rupe atau apa yang lain haha, geneh mungkin (pounds Mesir maksud saya).

4. Pahlawan Kafir.
“Luar biasa negeri yg mayoritas islam ini. Dari ratusan pahlawan, terpilih 5 dari 11 adalah pahlawan kafir. #lelah”
Begitu kicauan Dwi Estiningsih di twitternya, dengan akun @estiningsihdwi.
Halo jeng, asal elu tau ye, kafir-kafir ini nih yang bikin kita merdeka, soalnya gak semua muslim itu berbakat, dan kalaupun berbakat gak semuanya seberani mereka. Aduh, gue kalo dari segi tasawuf udah didepak nih dari sono, ampun ya mbah ini demi hubbul wathon, hubbul wathon kan juga dari iman, saya beriman kok mbah haha. Oh ya lanjut, harusnya mereka biarin aja yah kita dijajah kalao tau hasilnya nanti akan seperti ini haha, tapi gal, mereka tetep cinta tanah air dan menginginkan kebebasan untuk mereka semua warga Indonesia, bukan kaum dari agama mereka. Ingat itu!

Oh ya, ini cuma sarkasme. kali-kali ada yang gagal paham.
Sumber: Sisi Lain melalui page facebook KataKita.
Sekian, terima kasih! wassalamu’alaikum wr wb.

Sebuah Komitmen

Untuk semua anak. Memilih apa yang kita inginkan adalah merupakan sebuah komitmen. Sebuah komitmen yang harus kita jaga dan perjuangkan. Kita tidak bisa begitu saja meninggalkan lapangan tanpa menyelesaikan pertandingan. Pertandingan ini yang kita pilih. Kita sendiri yang memilih. Maka haruslah untuk kita berjuang sekuat tenaga agar apa yang kita pilih ini merupakan sebuah prestasi yang akan kita tunjukkan pada dunia. Jangan pernah mengecewakan orang tuamu, semua orang yang berjuang demi impianmu. Karena untuk memilih ini dibutuhkan pengorbanan rasa dari orang tua semata-mata agar sang anak bahagia. Karena untuk memilih ini jiwa dan raga mereka pertaruhkan demi kesuksesan kita. Fadhlu

Orang Tua Pembunuh

Orang tua yang terlalu mengatur minat dan bakat anak sejatinya adalah pembunuh. Tidak semua anak mewarisi minat dan bakat orang tua. Jika dari kecil hingga dewasa anak dididik sesuai dengan apa yang orang tua ingin menjadi, maka sejatinya selama masa itu pula orang tua mengarahkan pada sesuatu yang jika dikerjakan oleh sang anak tidak akan maksimal dan telah menyia-nyiakan waktu tersebut untuk mencapai titik maksimal yang sebenarnya bisa didapat oleh sang anak. Biarkanlah anak-anak kita berkembang. Kita hidup di zaman yang berbeda dengan anak-anak kita. Anak-anak kita lebih tahu mana yang lebih dibutuhkan untuk bisa bersaing dengan yang lain. Akan sangat tertinggal jika anak dibiarkan untuk tetap mengikuti tradisi kolot nenek moyang yang masih dibawa hingga sekarang. Cukup batasi dengan pondasi agama. Karena agama tak lekang oleh waktu. Fadhlu

Kami Menyebutnya “Sahabat Satu Pekan” (Edisi Spesial : Ucapan Terima Kasih untuk ‘Sahabat Sehati Sejiwa’-ku)

Quotes dari Brother Umar Fakhrudin yang mengena di hati dan bersemayan di pikiran:

1. “Kamu itu terlalu memanjakan perasaanmu.”

2. “Kamu itu jangan keterlaluan, setidaknya mereka pernah membuatmu nyaman.”

3. “Mereka tidak akan pernah bisa melupakanmu, pasti akan selalu ingat.”

img20161027161110

Darinya aku menghargai sebuah perasaan. Terima kasih, brother. Aku tidak pernah menyesal telah mengenalmu, hanya saja menyesal mengapa kita sudah lama dipertemukan empat tahun lalu sebelum kita sama-sama lulus, namun baru berkesempatan untuk saling mengenal satu pekan terakhir kemarin saat aku berlibur musim panas. Jangan pernah melupakanku brother, sahabatmu yang tidak tahu diri ini. Semoga suatu saat kita bisa berjumpa kembali masih dengan rasa yang sama. Semoga di lain waktu ada kesempatan untuk bernostalgia di Al Hikmah tentang hari-hari yang pernah kita lalui bersama.

Aku selalu mengharapkan yang terbaik untukmu, sahabatku. Ingat satu janji Allah, Ia tidak akan pernah salah memberi rapot untuk manusia berprestasi sepertimu, sang jawara hati yang selalu memenangkan hati banyak manusia.

Terima kasih pernah menggunakan ponselku untuk selfie. Aku rasa ini masih kurang, aku harap tahun depan memori hapeku penuh dengan foto-foto kita, brother. Sekian, sekali lagi terima kasih pernah singgah di kehidupanku.

img20161101170629

Memang benar selalu ada alasan jika kedua orang dipertemukan. Dan engkaulah alasan itu sendiri, engkau jawaban dari kebimbangan yang belum pernah aku ketahui kebenarannya. Beribu-ribu terima kasih kembali aku sampaikan. Mungkin bagimu ini tak ada artinya, tapi bagiku ini sangat berarti.

img20161101165314

Aku tak bisa bayangkan jika waktu itu aku tak menyapamu dan sok akrab denganmu. Pasti aku akan melewatkan berlian yang berbungkus pribadi santun sepertimu, brother. Salam hangat dariku, Fadhlu. (Aku nangis).

Aku juga berterima kasih pada Allah tentunya telah menciptakan manusia sepertimu, orang yang hatinya sinkron denganku, ini penemuan langka dan jarang terjadi selama berpuluh-puluh tahun aku menjalani hidup di dunia.

Akupun masih ingat bahwa kau pernah mengatakan aku satu type denganmu sehingga ketika kau memandangku kau membayangkan bagaimana orang lain memandangmu. Aku tak pernah merasa dirugikan jika itu disamakan denganmu. Aku menyayangimu sahabatku, @umarfakhrudin.

Akhirat : Itulah Mengapa Dunia, Mereka Lebih Mencintaimu

Aku ditanya oleh salah satu juniorku. Sore itu kami berdua baru saja menyaksikan film Ketika Cinta Bertasbih season satu dan dua. Rasanya lebih menggelitik perut dan lebih mengkoyak hati ketika kita menyaksikannya dan tahu persis bagaimana kehidupan yang film itu kisahkan. Di tengah pemutaran film kami pun bercakap-cakap ringan, berandai-andai bagaimana keadaan kita setelah ini di masa depan. Rasa takut mulai menyelimuti kami. Rasa sesal, marah dan penuh emosi memenuhi hati kami, memaki diri kami yang tidak tergambar begitu jelas arah masa depannya. Iya, karena memakan bangku kuliah di Universitas Al Azhar yang nota benenya agama tidak menjamin kehidupan kita mendatang. Sedikit sekali prospek yang bisa kita jajahi setelah lulus kuliah nanti karena memang memilih jurusan disini berarti kita memilih untuk fokus di akhirat.

Di dalam film itu diceritakan bahwa lulusan Al Azhar maka sesudahnya harus menjadi pemuka agama. Alamak, pemikiran primitif apa ini? Lagi-lagi masyarakat, iya, tidak ada habisnya jika kita mengikuti ocehan masyarakat. Memang kita diciptakan di dunia untuk akhirat kita. Tapi apakah salah jika kita bertujuan ke akhirat namun dengan jalan dunia? Daripada menggunakan jalan akhirat untuk mendapatkan dunia, itu fatal. Menjadi pengusaha misalnya, penulis atau yang lainnya. Bahkan jika menjadi seorang supir truk lulusan Al Azhar sekalipun, maka apa salahnya? Toh, tujuan akhir kita ada di akhirat. Lalu mengapa mereka begitu meresahkannya? Lalu untuk apa menimba ilmu lama-lama di Al Azhar jika hanya untuk berprofesi menjadi ustadz? Ustadz, kyai dan sebagainya itu bukan profesi bung. Itu adalah amanat yang masyarakat titipkan pada kita. Maka jangan pernah ambil hati jika kita tidak diperlakukan layaknya orang yang berilmu tinggi. Kita berilmu tinggi untuk mereka yang mau menerima saja bung, jika mereka menolak maka tidak usah paksakan diri agar bisa diterima di sisi mereka, doakan saja mereka mendapat hidayah dan berfikiran positif atau biarkan mereka pilih yang lain. Maka juga dengan berilmu tinggi tidak menghalangi diri kita untuk sekedar menikmati kopi bersama dengan tukang-tukang becak mislanya. Apakah salah jika diri kita bermesin kyai dan menutupinya dengan bungkus orang biasa? Gak ada salahnya. Belajar ilmu agama itu bukan untuk dunia. Belajar ilmu agama itu mengetahui bahwa ternyata hidup di dunia itu hanya untuk sementara. Tidak ada yang perlu digebu-gebukan untuk mendapatkannya. Apa sih? Ketenaran? Kekayaan? Mereka yang tenar dan kaya tapi jauh dari Allah tidak sebahagia mereka yang cukup dengan makan satu dua suap nasi tapi dekat dengan Allah.

Banyak jenis orang dalam menimba ilmu agama, ada yang mencarinya agar menjadi pribadi yang baik dari sebelumnya yang buruk. Ada juga yang sudah baik dan ingin menjadi lebih baik lagi. Namun bukan berarti proses mereka menimba ilmu itu selalu berhasil. Banyak mereka yang paham seluk-beluk masalah agama namun masih saja bertingkah seperti orang tak tahu aturan. Karena pada dasarnya ilmu saja tidak cukup, tapi juga perlu diamalkan. Banyak juga orang yang tak berilmu karena tidak berkesempatan baik seperti mereka yang bisa menimba ilmu di pesantren misalnya, tapi mereka beramal kesehariannya seperti malaikat. Jadi, hatilah yang menjadi poros dari kelakuan kita. Jangan-jangan kita berbuat baik pada seseorang namun kita menyembunyikan rasa ujub, dan jangan-jangan mereka yang tidak bisa berkesempatan berbuat baik seperti kita justru mereka yang sebenarnya ikhlas jika mereka bisa membantu. Maka, jadilah keduanya. Bisa membantu dan ikhlas dalam melakukannya.

Kembali ke cerita di awal. Waktu itu adzan maghrib dan kami ingin sholat maghrib berjamaah. Tiba-tiba saja ketika junior saya ingin berwudhu, ia menanyakan bagaimana penampilan dirinya, bukankah ia ideal. Aku jawab saja dengan jujur bahwa ia kecil dan kurus. Lalu ia mengatakan mengapa aku begitu menyakitkan dalam menjawabnya. Aku jawab lagi, lalu harus dengan jawaban apa aku menjawabnya. Haruskah aku berbohong dengan mengatakan bahwa ia berisi dan berotot? Itulah manusia. Mereka menyukai sebuah kejujuran sampai kejujuran itu menimpa diri mereka sendiri, maka akan berubah jadi membencinya. Begitu juga dunia yang bersifat menipu, kita ditipu dengan pujian bahwa kita sudah cukup bahagia berada di dalamnya. Padahal masih ada akhirat, kebenaran yang pahit, bukan dunia, kebatilan yang manis.

Sekian.

Stand by Me

img20161029133832

My name is Muhammad Fadhlurrohman. I was born towards amazing parents and family. It was my parents who taught me many important lessons to be a better person in every situation.

When I was in Al Hikmah 2 Benda Islamic High School, I didn’t have any confidence in myself. I felt like I didn’t have anything to be proud of, and some of the surroundings sometimes pushed me down. I exceeded these hard times to be myself, and here I am.

Now, I have big responsobility to present Indonesia to Al Azhar University. It must seem easy, but trust me! The preassure is that much.

I believe everybody will feel the same what I feel if They were in my seat. There is no way I can do it alone, for every limitation that I have, people say things about it. I don’t want to change myself to seem of others or anything else, because if I change, people love the change that I made, but not me. What I want is to be myself and to improve from time to time. That’s why I need people to support, to criticize, to watch every progress that I made. That means I need all of you. I’m nothing if I’m alone, but when We stand up together, We are something. We stand together, We can show Indonesia to the world.

Mondok dengan Suatu Misi

Lalu mana hasilnya?

Di pondokkan lama-lama agar bisa hidup sebagai pribadi yang prihatin; mencuci pakaian sendiri, makanan tidak enak, memakai barang seadanya, lalu mana hasilnya?

Jika setelah keluar dari pondok kembali menjadi pribadi yang manja, cengeng dan ringkih; jangankan mencucikan pakaian orang tua, milik sendiri saja tidak pernah terjamah – hang out sana-sini ke restoran, mall dan bioskop hanya agar mendapat pengakuan dari penonton, padahal biaya satu orang jalan kesana bisa untuk membeli cemilan dan dinikmati bersama bersama keluarga di rumah – rela nyicil setoran motor biar bisa boncengin pacar, padahal di rumah ada orang tua yang ingin diantar ke pasar.

Kalau bukan sekarang, maka kapan lagi untuk membuktikan bahwa pengorbanan orang tua kita selama di pondok tidak sia-sia?

Apabila hati sudah terpaut dengan dunia, maka berdusta orang yang mengatakan bisa mengimbanginya dengan akhirat.

Apabila hati sudah terlena dengan dunia, maka tanpanya ia bukan apa-apa.

Semuanya fana, kecuali hati yang selalu dipautkan dengan-Nya.

Kita bukan nabi yang dibelah dadanya lalu dibersihkan isi hatinya dari kotoran, dan kita tidak pernah membersihkannya, bahkan membiarkan kotoran dan penyakit hati menumpuk di dalamnya. Lalu apa yang ingin kita andalkan?

Hilangkanlah sifat dengki bahwa kawan kita lebih pintar dalam urusan agama, hargai saja dan biarkan kita menirunya. Singkirkan rasa merasa tersaingi oleh lawan kita, karena sejatinya kita belajar agama semata-mata agar kita mengenal-Nya, Tuhan seluruh alam. Marilah kita bergotong-royong menjunjung tinggi syariat Allah di bumi ini.

#Fadhlunisme

Survivor

FB_IMG_1471481839494

Aku kira aku tak suka makanan Mesir karena rasanya yang jauh dari lidah Indonesia. Lalu aku coba cicipi kembali makanan yang aku sebut akrab dengan lidahku, namun tetap saja lidah ini menolaknya, seenak apapun itu.

Masalah yang pertama yaitu kehidupan yang kadang kita tak suka kita berada di dalamnya namun harus tetap kita jalani. Obat pahit yang harus kita telan demi kelangsungan hidup kita.

Masalah yang kedua yaitu seperti itulah kehidupan, seiring berjalannya waktu kita akan mengetahui bahwa dalam kehidupan dunia hanya ada rasa-rasa itu saja yang akan kita rasakan.

Seiring bertambahnya usia, seiring matangnya pengalaman hidup, kita akan tahu rasa apa yang akan kita kecap ketika kita dihidangkan dengan pilihan hidup, senyaman apapun itu.

Membosankan memang, hiduplah untuk duniamu seakan kamu akan hidup selamanya, hiduplah untuk akhiratmu seakan kamu akan mati besok.

#Fadhlunisme