Status Halal/Haramnya Seorang Perempuan di Hukum Fiqih dalam Sehari

Ada seorang perempuan, sebelum matahari terbit haram bagi seorang laki-laki, ketika matahari terbit menjadi halal, ketika masuk waktu dzuhur haram kembali, ketika masuk waktu ashar halal kembali, ketika masuk waktu maghrib haram kembali, ketika masuk waktu isya halal kembali, ketika masuk waktu shubuh haram kembali dan ketika terbit matahari halal kembali.

Perempuan tersebut tadinya adalah seorang budak milik orang lain, ketika matahari terbit laki-laki tersebut membelinya maka jadi halal, ketika masuk waktu dzuhur laki-laki tersebut membebaskannya maka menjadi haram, ketika masuk waktu ashar laki-laki tsb menikahinya maka menjadi halal, ketika msk waktu maghrib laki-laki tsb melakukan dzihar padanya maka menjadi haram, ketika masuk waktu isya laki-laki tsb membayar kifarat atas dzihar tsb maka menjadi halal, ketika masuk waktu shubuh laki-laki tsb mentalaknya raj’i maka menjadi haram, ketika matahari terbit laki-laki tsb rujuk maka menjadi halal.

Wallahu a’lam.

Sumber: “Fatawa al ‘Izz bin ‘Abd as Salam”

Pentingnya Mengenal Jati Diri dan Korelasinya dengan Tuhan

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

Artinya: “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.”

Jika di tempatmu sekarang kamu tidak bisa menjadi dirimu sendiri, maka berhijrahlah, sehingga dengan berhijrah kamu akan menjadi diri sendiri, menemukan tempat yang sesuai dengan dirimu, sehingga kamu akan mengenali siapa dirimu (jati diri) dan akhirnya kamu akan mengenali Tuhanmu.

أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا

“Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”

Kamu tidak akan mengenali Tuhanmu selama kamu masih sibuk dan belum damai dengan diri sendiri.

Hijrah berarti memulai lembaran baru dalam kehidupan, mungkin bisa dengan mengganti pekerjaan yang selama ini tidak kamu sukai, barangkali rejekimu ada di pekerjaan yang lain.

Wallahu a’lam.

Lulusan Al Azhar Sepi Kontribusi di Indonesia

Stigma yang mengatakan bahwa semua lulusan Al Azhar itu harus jadi muballig itu menurut saya kurang tepat. Semua orang berekspektasi lulusan Al Azhar harus bisa mengajar seperti Ust Abdul Somad. Seakan-akan jalan kesuksesan seorang diaspora Al Azhar hanya satu corak itu saja. Padahal ustadz atau muballig sendiri banyak macamnya. Ada yang adem pembawaannya, gak ceplas ceplos dan gak enak didengar kaya Ustadz Abdul Somad. Mungkin itu salah satu faktor mengapa lulusan Al Azhar sepi kontribusi di Indonesia.

Alasan yang berkonotasi rendah seperti jika tak menjadi mubalig maka akan menanggung malu, dimana ilmu agama yang ia pelajari selama ini. Saya ingatkan, ilmu itu abstrak! Gak bisa kita habis mempelajari suatu ilmu lalu futuh seketika. Lalu dimana letak barokah? Percayalah, disaat kamu membutuhkan ilmumu untuk menolong agama Allah, disitu pula ilham-Nya sampai padamu. Sekalipun murid cerdas, jika diminta untuk menyebutkan dari A sampai Z tentang ilmu yang ia pelajari maka akan kewalahan. Ilmu itu abstrak dan akal kita juga abstrak. Bisa saja kita terlupa atau mengalami benturan di kepala kemudian menjadi lupa. Lalu bisa apa kita? Ingat ada berkah ketika kita menuntut ilmu. Tidak cukup dengan mengandalkan otak saja!

Apa kamu lupa Habiburrahman El Shirazy, Gus Mus, dsb mereka berkontribusi dengan hal lain? Mereka berprofesi sebagai penulis, sutradara dan penyair, sama dengan yang lain. Yang membedakan adalah misi yang mereka bawa yaitu dakwah islam dengan latar belakang Al Azhar, Cara berdakwah itu banyak!

Toleransi Beragama dan Iman “Anak TK” Kita

Toleransi bergama di bulan puasa yang bagaimanakah sebenarnya?

Ketika ada warung makan buka siang hari, lalu kita tergoda, mengapa tidak kita periksa iman kita? Beda lagi jika warung itu sengaja buka untuk menggoda yang berpuasa.

Ketika kita ngabuburit di mall dan memutuskan untuk berbuka puasa disana. Lalu apakah salah jika food court penuh oleh mereka non-muslim yang tidak puasa ketika adzan maghrib tiba?

Puasa kita hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja? Haha puasa anak TK!

Tersebar video Aryo Djoyo kamu download lalu kamu tonton, itu yang dinamakan puasa? Lalu apa bekasnya nanti setelah Ramadhan untuk keimanan kita?

Kalau bukan di bulan Ramadhan kapan lagi kita berbenah diri? Mumpung situasi mendukung.

Kalau di bulan Ramadhan masih saja berbuat munkar, masih mengharap di bulan lain bisa menjadi lebih baik?

Makanya kita sering diprovokasi terkait berita mengenai Islam itu karena keortodoksan dan keradikalan islam kita yang tanpa dibarengi ilmu dan kecerdasan.

Lalu apa bedanya kita dengan teroris jika kita membuat kerusuhan?

Peran Pewaris Nabi(?)

Seperti biasa di hari jumat siang pasti cuaca akan sangat panas. Orang-orang berbondong-bondong pergi ke masjid. Di luar gerbang samping masjid biasa orang berlalu-lalang, pengemis-pengemis pun tak kalah duduk berjejeran menanti orang baik yang akan memberi mereka sekeping uang. Kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu bahkan ada seorang nenek yang sudah sangat tua.

Sedangkan di masjid aku duduk mendengarkan khutbah. Khutbah jumat kali ini menceritakan tentang bagaimana Rasulullah saw dahulu bersikap baik terhadap ahlus suffah. Ahlus suffah adalah orang-orang miskin yang tinggal di emperan masjid.

Entah mengapa aku terhanyut dalam khayalanku. Jika sekarang ada nabi, akankah pengemis-pengemis di luar sana akan bernasib sama? Jika sekarang tidak ada nabi, dan dikatakan ada pewarisnya, lalu pengemis itu bagaimana nasibnya?

Para jamaah sholat jumat berdecap kagum dengan apa yang disampaikan khatib, pada Rasulullah saw yang digambarkan oleh khotib, bukan pada khatibnya. Mungkin mereka mengagumi khatibnya karena beliau alim.

Aku tak tahu mengapa alur ceritanya selalu begini. Khatib naik ke mimbar, menyampaikan hal-hal yang mengagumkan, para jamaah berdecap kagum. Selepas itu khatib turun mimbar, para jamaah membubarkan diri dan kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Dan pemandangannya masih begitu saja.

Sudah Selesai?

Ada yang mendekatiku untuk mengetahui seberapa kemampuanku lalu menjatuhkanku.

Ada yang ingin menjadi temanku karena merasa aku memiliki kualitas lebih.

Ada yang mengagumiku lalu bersikap segan padaku.

Ada yang membenciku karena merasa dirinya lebih baik dariku.

Ada yang menyepelekanku karena merasa aku tak lebih baik darinya.

Sedangkan aku disini tersenyum “kok capek banget yah hidupmu mengurusiku?”

Aku loh disini sudah merasa rendah sebelum direndahkan.

Aku loh disini merasa tak punyai sesuatu untuk dibanggakan.

Aku loh disini merasa sama denganmu.

Aku loh disini akan merasa senang jika kamu senang.

Aku loh disini tak mengapa kau lebih hebat asal tak kau urusi aku.

Tenang kan hidupku?

Kau tak mau berteman denganku, aku sudah terbiasa berteman hanya dengan buku.

Kau menikmati makanan enakmu, aku sudah terbiasa seada-adanya.

Kau mau memamerkan kekayaanmu, kau salah alamat.

Sudah selesai?

Mana Sebenarnya Harta Kita?

Hartamu yang kamu bawa di sakumu itu bukan punyamu. Itu punya penjaga toko, kasir, pom bensin dan ahli warismu.

Adapun hartamu itu yang kamu sedekahkan untuk fakir, orang yang membutuhkan atau untuk waqaf. Hartamu adalah yang kamu sedekahkan secara sembunyi-sembunyi karena Allah SWT.

Bersedekahlah selagi ruh masih ada dalam jasad!

Dr. Ahmad Isa Al Ma’shorowy

Pemandangan Kampus Selama Ujian Berlangsung

Saya ujian dimulai pukul 9.30 CLT. Saya berangkat pukul 9.15 CLT. Setibanya di ruangan saya langsung kumpulkan kerneh (kartu mahasiswa), tanda tangan dan meletakkan barang bawaan saya di depan kelas.

Lembar jawab dan soal pun dibagikan. Saya menulis nama dan roqm julus (nomor siswa) di lembar jawaban, beserta maddah (mata pelajaran) dan waktu pelaksanaan.

Panitia-panitia menjalankan tugasnya masing-masing. Ada yang duduk di depan pintu dan bertugas meneriaki siswa-siswa yang datang terlambat. Ada yang bertugas mengawasi peserta ujian. Selebihnya saya tidak tahu apa tugas mereka, mereka berjalan kesana kemari tapi tanpa tertawa, melainkan berjalan dengan membawa beban badannya yang berat dan irama sandalnya yang berseokan dengan lantai. Bertemu dengan panitia lain adalah sebuah momen untuk tegur sapa, basa basi dan suara mereka itu menggema. Sesekali saya berdesis keras agar mereka diam. Tukang pel kampus pun tidak ketinggalan eksis, mereka mencari alat-alat pel dan sesekali mengobrol dengan penjaga pintu. Sekali lagi, orang asli sini pantang berbisik. Untung waktu puasa, jadi tak ada penjual teh atau pembawa galon air yang tiap menit menanyakan “ada yang mau air?”.

Plis, ini bukan arena bermain. Jika kalian sedang menjalankan tugas, lalu apa yang sedang kami lakukan? Kami juga sedang menjalankan tugas sebagai mahasiswa. Tahu apa yang kami butuhkan? Ketenangan.

Pengawas cukup duduk di bangku yang telah disediakan, tidak usah berjalan kesana kemari dan melihat hasil corat-coret kami. Risih! Kadang ada yang mengajak kenalan “dari mana kamu asalnya?”, plis bukan saya tidak mahu menjawab, tapi saya turut merasakan apa yang peserta lain rasakan jika ada obrolan terjadi.

Plis, ini 40°C di bulan puasa. Otak saya butuh air. Bukan butuh kenalan yang nantinya setelah kenalan tidak akan diingat. Plis.

NB: Saya tidak sedang marah, tapi jika standar mereka tidak sama dengan saya, saya risih.

Profesi Baru Mahasiswa Indonesia di Mesir

Permintaan makin banyak. Mungkin jika diterima dan diuangkan bisa mengumpulkan pundi-pundi pemasukan. Tidak usah lagi minta jatah bulanan ke ortu.

Cukup terima permintaan tulisan nama, difoto dengan background setempat yang nantinya akan diupload di medsos peminta.

Jalan-jalan berasa ngeliput berita yah? Harus bawa kertas, spidol.

Standar kita yang tadinya tidak suka dengan hal senorak itu, karena segan jadi harus mempermalukan diri sendiri.

Untung Mesir, negara yang keamanannya ketat. Gak bisa asal jepret di sembarang tempat. Bisa jadi alasan untuk menolak.

Kenal Sebatas Sampul

Kamu paham seperti apa diriku? Jika kamu ingin aku mengikuti standarmu, itu artinya kamu hanya membaca sampulku, tidak membaca halaman perhalaman seluruh isiku.

Kadang ada orang seperti aku yang ketika berinteraksi dengan orang hanya bisa mengikuti alur cerita orang tersebut saja.

Jadi jangan pernah mengira jika kau menawariku meminum es kelapa muda misal, lalu aku ikut meminumnya, berarti aku juga suka meminumnya. Itu hanya sebuah bentuk penghormatan saja.

Jadi, yang bisa orang seperti saya ini harapkan adalah mohon untuk mengerti dan menghormati selera kami.

Terima kasih.