Status Halal/Haramnya Seorang Perempuan di Hukum Fiqih dalam Sehari

Ada seorang perempuan, sebelum matahari terbit haram bagi seorang laki-laki, ketika matahari terbit menjadi halal, ketika masuk waktu dzuhur haram kembali, ketika masuk waktu ashar halal kembali, ketika masuk waktu maghrib haram kembali, ketika masuk waktu isya halal kembali, ketika masuk waktu shubuh haram kembali dan ketika terbit matahari halal kembali.

Perempuan tersebut tadinya adalah seorang budak milik orang lain, ketika matahari terbit laki-laki tersebut membelinya maka jadi halal, ketika masuk waktu dzuhur laki-laki tersebut membebaskannya maka menjadi haram, ketika masuk waktu ashar laki-laki tsb menikahinya maka menjadi halal, ketika msk waktu maghrib laki-laki tsb melakukan dzihar padanya maka menjadi haram, ketika masuk waktu isya laki-laki tsb membayar kifarat atas dzihar tsb maka menjadi halal, ketika masuk waktu shubuh laki-laki tsb mentalaknya raj’i maka menjadi haram, ketika matahari terbit laki-laki tsb rujuk maka menjadi halal.

Wallahu a’lam.

Sumber: “Fatawa al ‘Izz bin ‘Abd as Salam”

Pentingnya Mengenal Jati Diri dan Korelasinya dengan Tuhan

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

Artinya: “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.”

Jika di tempatmu sekarang kamu tidak bisa menjadi dirimu sendiri, maka berhijrahlah, sehingga dengan berhijrah kamu akan menjadi diri sendiri, menemukan tempat yang sesuai dengan dirimu, sehingga kamu akan mengenali siapa dirimu (jati diri) dan akhirnya kamu akan mengenali Tuhanmu.

أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا

“Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”

Kamu tidak akan mengenali Tuhanmu selama kamu masih sibuk dan belum damai dengan diri sendiri.

Hijrah berarti memulai lembaran baru dalam kehidupan, mungkin bisa dengan mengganti pekerjaan yang selama ini tidak kamu sukai, barangkali rejekimu ada di pekerjaan yang lain.

Wallahu a’lam.

Beridentitas Namun Tak Beridentitas, Manusia Tanpa Batas

Ada yang mengatakan menyendiri lebih baik daripada berteman dengan orang yang buruk, namun berteman dengan orang yang baik lebih baik daripada menyendiri.

Orang jika ingin berbicara maka dianjurkan berbicara yang baik saja, jika tidak maka lebih baik diam. Tapi apakah jika ada yang berbicara lalu ia baik dan yang diam itu tidak?

Saya adalah orang yang selalu ingin tahu segala hal. Dan saya tidak ingin hanya mengetahuinya namun juga memahaminya. Bukankah terasa kurang jika hanya mendengar saja tanpa mengalaminya?

Saya mungkin bukan orang besar, tapi saya bersama orang-orang besar, dengan berbagai latar belakang. Saya mungkin berada dimana-mana, namun bukan berarti saya memihak satu kubu, sedangkan saya berada di kubu-kubu yang lain.

Ada orang mengaku berada pada kubu yang benar. Yakinkah kubu anda yang benar? Eit, anda tidak bisa melawan saya dengan membawa kubu saya. Kubu saya yang mana?

Ya benar, saya bersama mereka, bersama kalian termasuk bersama anda. Tapi apakah ada tanda-tanda bahwa saya membenarkan kubu-kubu yang saya berada dan menyalahkan kubu anda? Saya tidak bisa menyalahkan kubu anda, karena saya bagian daripadanya.

Saya sendiri tidak suka adanya penganggapan bahwa satu kubu adalah yang terbaik bahkan terbenar sekalipun saya daripadanya.

Kata khilaf terlahir di dunia bukan tanpa sebab, gelengan kepala tiba-tiba menjadi anggukan juga bukan tanpa sebab.

Bagaimana saya ingin ikut suatu kubu sedangkan saya tidak suka adanya perkubuan. Namun bukan berati saya tak beridentitas.

Seberapa jauh anda mengenal saya itu hanya sebatas pengetahuan anda. Sedangkan pengetahuan anda dan pengetahuan orang lain terhadap saya itu berbeda.

Tidak usah mendefinisikan siapa saya. Saya sendiri kesusahan mencari ta’rif jami’ wa mani’ untuk diri saya termasuk untuk makhluk lainnya. Karena kita ini ciptaan Tuhan bukan ciptaan makhluk.

Teruslah menghambakan diri, bukan menuhankan diri. Nabi saja tak sampai hati mengaku dirinya Tuhan.

Kairo, 23 November 2017

Muhammad Fadhlurrohman Suwondo Renggan Dirjo

Keharmonisan Keluarga itu Penting

Tiba-tiba rindu.

Biasanya kalo kita ngumpul ~baik itu teman yang nyebelin, atau yang lainnya~ kita hempaskan. Seakan-akan kita lupa bahwa kita punya masalah ~eh salah~ teman yang bermasalah.

Memang kalo kita curhat kita ngomongin ‘kok bisa yah ada orang-orang yang gak sebaik kita(?)’ Bukan berarti kami baik, tapi kami satu sama lain sangat baik.

Memang setiap kali kami berpisah, kami harus tarik nafas dalam bertemu dengan orang-orang yang tidak sepaham dengan kami. Sangat sulit berkumpul dengan orang-orang yang dididik berbeda oleh keluarganya.

Kami punya prinsip, selama kami masih berkeluarga, kami memiliki segalanya. Kami punya sahabat, kami punya kakak, kami punya orang yang menyayangi dan disayangi, dll.

Hubungan biologis itu paling resmi-resminya hubungan ~selain pernikahan~, karena semua itu dijelaskan dalam Al Qur’an.

Banyak orang memiliki orang tua lengkap, tapi sejatinya rumah tangganya broken. Rumah kami kecil tidak sebegitu bagus, tapi tidak dengan rumah tangga kami.

Semoga Allah selalu menjaga keharmonisan rumah tangga kita semua dan semoga keluarga kita berdiri, ada ~numpang~ di atas bumi Allah ini atas dasar nama Allah. Dan semoga kita semua ~anda dan kami~ sekeluarga bisa berkumpul di surga nanti.

Keluarga Suwondo Renggan Dirjo

Hubungan Berkualitas

Banyak yang menanyakan padaku, “Siapa gerangan kekasihmu?” Aku jawab “Tak ada.” “Mengapa?” “Tak tahu.” “Memang yang seperti apa yang kau inginkan?” “Hmm.”

Memiliki seorang kekasih, menyayangi dan disayangi adalah lumrah bagi setiap manusia.

Menunaikan ibadah haji pun.

Ini tentang sebuah intuisi.

Sebuah panggilan.

Panggilan hati.

Tergerak atau tidak?

Sewaktu aku masih kecil, aku sering dijejali oleh orang-orang dengan pernyataan bahwa tak usah pedulikan jodoh, jika kita menjadi orang besar kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan.

Separo saya setuju, separo lagi tidak.

Setuju tidak disibukkan dengan membuang-buang waktu untuk hal yang tak berkualitas,

Tidak setuju dengan memanfaatkan status kita untuk menarik perhatian.

Aku adalah anak sulung dari kedua abah dan umiku yang hebat.

Aku belajar dari hubungan berkualitas mereka.

Aku saksikan sendiri bagaimana kondisi abah kala waktu itu dan bagaimana umi selalu menyokongnya.

Mulai dari zaman motor abah astrea sampai abah mempunyai honda.

Aku mempunyai seorang abah yang ambisius dan mempunyai seorang umi yang sangat taat dan selalu percaya serta mendukung mimpi-mimpinya.

Menikah dan membangun rumah tangga bukanlah tujuan akhir dari hidup.

Manusia berproses.

Dan semua akan kembali pada-Nya.

Risalah Alam: Masterpiece Tuhan

Aku bukan kamu, kamu bukan aku. Aku tidak seperti kamu, kamu tidak seperti aku. Kamu tidak bisa menjadi aku, begitu juga aku.

Begitu saja. Cukup tahu bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna. Tidak ada dari kita yang sempurna. Kita sempurna karena kita bersama. Manusia itu makhluk sosial.

Jangan pernah merasa diri baik, sebab kenyataannya tidak selalu. Apalagi merasa lebih baik dari orang lain bahkan terbaik. Saya takut kamu mengaku Tuhan.

Jangan pernah menjelekkan makhluk lain. Kita diciptakan dengan suatu tujuan. Kita tidak pernah diciptakan dengan sia-sia. Kita ini masterpiece Tuhan yang ada kedahsyatan di dalam diri kita masing-masing.

Jangan pernah menyerah!

Catatan Sore : Saya Ini Sombong, Benci Saja Aku!

Saya ini mahasiswa Azhar, mau jadi ustadz gampang, apalagi saya anak ustadz. Toh jadi ustadz gak harus kuliah di Azhar, banyak lulusan pondok di Indo yg jadi ustadz, muallaf bahkan preman taubat juga ada. Saya ini penyiar radio dan jurnalis, saya punya cita-cita membangun perusahaan radio dan media. Nanti kalo kalian para ustadz kekurangan lahan buat dakwah, kerja di tempat saya saja yah, saya gaji kok.

Hakikat Sesuatu

Jadi apa hakikat mempelajari suatu ilmu sesungguhnya jika melalui Imam Khalil bin Ahmad Al Farohidi, ilmu ‘arudh terbentuk ketika beliau berjalan melewati pasar? Dan ilmu nahwu dari Imam Abul Aswad Ad Du’ali, setelah pengalaman beliau bersama putranya tatkala memuji keindahan langit?

Lalu apa hakikatnya menjadi seorang tokoh agama jika ada rasa ujub pada hatinya, sedangkan agamanya sendiri melarang? Lalu apa status seorang biasa yang ternyata tidak diketahui isi hatinya selalu connected to Allah swt dan selalu berusaha agar bisa munazzah dari sifat-sifat rodza-il?

Mari pikirkan kembali!

Untuk Mereka yang Selalu Mengintai Kami (Antar Dua Akademisi Pencetak Ulama)

Mengapa pemikiran mereka terkesan seperti diseragamkan? Apakah ini hasil doktrinisasi? Apakah ada pelajaran khusus untuk mengkritisi kami? Adakah di sana di tempat mereka -walaupun sedikit- yang memihak kepada kami? Adakah kebaikan pada diri kami -walaupun sedikit- di mata mereka? Apakah kebenaran hanya milik mereka? Apakah mereka merasa terbaik dan terpilih? Ada dendam apa leluhur mereka dengan leluhur kami?

Isi Hati Seorang Lelaki, Benar Tidak sih?

Kalian tahu mengapa anak orang kaya takut menyukai wanita yang glamor padahal luxurius itu indah? Karena yang kaya itu orang tuanya, anaknya belum terjamin akan sekaya orang tuanya.

Lelaki lebih memilih wanita yang nurut, dengan begitu ia akan membuat wanitanya terlihat menarik hanya untuk disantap oleh kedua matanya.

Untuk apa wanita itu kita nikahi jika indah menurut orang lain, namun tidak untuk kita, apalagi jika cantiknya bisa dinikmati oleh khalayak. Cemburu rasa ini.

Sebenarnya yang dicari seorang lelaki adalah kesetiaan wanitanya, tetapi lelaki juga kudu sadar diri jika ingin wanitanya setia maka harus ada upayanya.

Saling memahami dan mendukung sebenarnya itu kuncinya. Perlakukanlah wanita selayaknya, begitu pula sebaliknya.

Di akhir cerita lelaki baik akan bersanding dengan wanita baik, begitu pula sebaliknya.