Surat Cinta untuk Tuhan

Ya Allah, jangan jadikan rasa cintaku pada hamba-Mu melebihi rasa cintaku pada-Mu. Karena aku tahu jika aku sandarkan hidupku padanya bagaikan menyenderkan tubuh ini pada sebuah tiang yang tiang itu sendiripun bisa tumbang suatu saat nanti.

Ya Allah, jangan jadikan rasa rinduku pada hamba-Mu melebihi rasa rinduku pada-Mu. Karena aku tahu suatu saat Engkau akan mengambilnya kapan saja, tidak seperti Engkau yang bisa aku temui kapan saja dan dimana saja, serta rasa cinta-Mu pada hamba-hamba-Mu yang tak lekang oleh waktu.

Hamba-Mu yang faqir :”)

Mondok dengan Suatu Misi

Lalu mana hasilnya?

Di pondokkan lama-lama agar bisa hidup sebagai pribadi yang prihatin; mencuci pakaian sendiri, makanan tidak enak, memakai barang seadanya, lalu mana hasilnya?

Jika setelah keluar dari pondok kembali menjadi pribadi yang manja, cengeng dan ringkih; jangankan mencucikan pakaian orang tua, milik sendiri saja tidak pernah terjamah – hang out sana-sini ke restoran, mall dan bioskop hanya agar mendapat pengakuan dari penonton, padahal biaya satu orang jalan kesana bisa untuk membeli cemilan dan dinikmati bersama bersama keluarga di rumah – rela nyicil setoran motor biar bisa boncengin pacar, padahal di rumah ada orang tua yang ingin diantar ke pasar.

Kalau bukan sekarang, maka kapan lagi untuk membuktikan bahwa pengorbanan orang tua kita selama di pondok tidak sia-sia?

Apabila hati sudah terpaut dengan dunia, maka berdusta orang yang mengatakan bisa mengimbanginya dengan akhirat.

Apabila hati sudah terlena dengan dunia, maka tanpanya ia bukan apa-apa.

Semuanya fana, kecuali hati yang selalu dipautkan dengan-Nya.

Kita bukan nabi yang dibelah dadanya lalu dibersihkan isi hatinya dari kotoran, dan kita tidak pernah membersihkannya, bahkan membiarkan kotoran dan penyakit hati menumpuk di dalamnya. Lalu apa yang ingin kita andalkan?

Hilangkanlah sifat dengki bahwa kawan kita lebih pintar dalam urusan agama, hargai saja dan biarkan kita menirunya. Singkirkan rasa merasa tersaingi oleh lawan kita, karena sejatinya kita belajar agama semata-mata agar kita mengenal-Nya, Tuhan seluruh alam. Marilah kita bergotong-royong menjunjung tinggi syariat Allah di bumi ini.

#Fadhlunisme

Survivor

FB_IMG_1471481839494

Aku kira aku tak suka makanan Mesir karena rasanya yang jauh dari lidah Indonesia. Lalu aku coba cicipi kembali makanan yang aku sebut akrab dengan lidahku, namun tetap saja lidah ini menolaknya, seenak apapun itu.

Masalah yang pertama yaitu kehidupan yang kadang kita tak suka kita berada di dalamnya namun harus tetap kita jalani. Obat pahit yang harus kita telan demi kelangsungan hidup kita.

Masalah yang kedua yaitu seperti itulah kehidupan, seiring berjalannya waktu kita akan mengetahui bahwa dalam kehidupan dunia hanya ada rasa-rasa itu saja yang akan kita rasakan.

Seiring bertambahnya usia, seiring matangnya pengalaman hidup, kita akan tahu rasa apa yang akan kita kecap ketika kita dihidangkan dengan pilihan hidup, senyaman apapun itu.

Membosankan memang, hiduplah untuk duniamu seakan kamu akan hidup selamanya, hiduplah untuk akhiratmu seakan kamu akan mati besok.

#Fadhlunisme

Hanya Lihat ke Depan

FB_IMG_1471481814388

Kadang suatu keterpaksaan adalah jalan keluar.

Ketika kita tak ingin membeli nasi bungkus yang lewat depan rumah karena berisi sedikit, maka kita terpaksa harus rela berjalan ke tempat lain demi tidak membelinya.

Ketika kita merasa salah ambil jalan, maka tidak ada kata mundur, yang hanya bisa kita lakukan adalah bergegas agar lekas keluar dari jalan tersebut.

#Fadhlunisme