Toleransi Beragama dan Iman “Anak TK” Kita

Toleransi bergama di bulan puasa yang bagaimanakah sebenarnya?

Ketika ada warung makan buka siang hari, lalu kita tergoda, mengapa tidak kita periksa iman kita? Beda lagi jika warung itu sengaja buka untuk menggoda yang berpuasa.

Ketika kita ngabuburit di mall dan memutuskan untuk berbuka puasa disana. Lalu apakah salah jika food court penuh oleh mereka non-muslim yang tidak puasa ketika adzan maghrib tiba?

Puasa kita hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja? Haha puasa anak TK!

Tersebar video Aryo Djoyo kamu download lalu kamu tonton, itu yang dinamakan puasa? Lalu apa bekasnya nanti setelah Ramadhan untuk keimanan kita?

Kalau bukan di bulan Ramadhan kapan lagi kita berbenah diri? Mumpung situasi mendukung.

Kalau di bulan Ramadhan masih saja berbuat munkar, masih mengharap di bulan lain bisa menjadi lebih baik?

Makanya kita sering diprovokasi terkait berita mengenai Islam itu karena keortodoksan dan keradikalan islam kita yang tanpa dibarengi ilmu dan kecerdasan.

Lalu apa bedanya kita dengan teroris jika kita membuat kerusuhan?

Peran Pewaris Nabi(?)

Seperti biasa di hari jumat siang pasti cuaca akan sangat panas. Orang-orang berbondong-bondong pergi ke masjid. Di luar gerbang samping masjid biasa orang berlalu-lalang, pengemis-pengemis pun tak kalah duduk berjejeran menanti orang baik yang akan memberi mereka sekeping uang. Kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu bahkan ada seorang nenek yang sudah sangat tua.

Sedangkan di masjid aku duduk mendengarkan khutbah. Khutbah jumat kali ini menceritakan tentang bagaimana Rasulullah saw dahulu bersikap baik terhadap ahlus suffah. Ahlus suffah adalah orang-orang miskin yang tinggal di emperan masjid.

Entah mengapa aku terhanyut dalam khayalanku. Jika sekarang ada nabi, akankah pengemis-pengemis di luar sana akan bernasib sama? Jika sekarang tidak ada nabi, dan dikatakan ada pewarisnya, lalu pengemis itu bagaimana nasibnya?

Para jamaah sholat jumat berdecap kagum dengan apa yang disampaikan khatib, pada Rasulullah saw yang digambarkan oleh khotib, bukan pada khatibnya. Mungkin mereka mengagumi khatibnya karena beliau alim.

Aku tak tahu mengapa alur ceritanya selalu begini. Khatib naik ke mimbar, menyampaikan hal-hal yang mengagumkan, para jamaah berdecap kagum. Selepas itu khatib turun mimbar, para jamaah membubarkan diri dan kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Dan pemandangannya masih begitu saja.

Sudah Selesai?

Ada yang mendekatiku untuk mengetahui seberapa kemampuanku lalu menjatuhkanku.

Ada yang ingin menjadi temanku karena merasa aku memiliki kualitas lebih.

Ada yang mengagumiku lalu bersikap segan padaku.

Ada yang membenciku karena merasa dirinya lebih baik dariku.

Ada yang menyepelekanku karena merasa aku tak lebih baik darinya.

Sedangkan aku disini tersenyum “kok capek banget yah hidupmu mengurusiku?”

Aku loh disini sudah merasa rendah sebelum direndahkan.

Aku loh disini merasa tak punyai sesuatu untuk dibanggakan.

Aku loh disini merasa sama denganmu.

Aku loh disini akan merasa senang jika kamu senang.

Aku loh disini tak mengapa kau lebih hebat asal tak kau urusi aku.

Tenang kan hidupku?

Kau tak mau berteman denganku, aku sudah terbiasa berteman hanya dengan buku.

Kau menikmati makanan enakmu, aku sudah terbiasa seada-adanya.

Kau mau memamerkan kekayaanmu, kau salah alamat.

Sudah selesai?

Mana Sebenarnya Harta Kita?

Hartamu yang kamu bawa di sakumu itu bukan punyamu. Itu punya penjaga toko, kasir, pom bensin dan ahli warismu.

Adapun hartamu itu yang kamu sedekahkan untuk fakir, orang yang membutuhkan atau untuk waqaf. Hartamu adalah yang kamu sedekahkan secara sembunyi-sembunyi karena Allah SWT.

Bersedekahlah selagi ruh masih ada dalam jasad!

Dr. Ahmad Isa Al Ma’shorowy

Pemandangan Kampus Selama Ujian Berlangsung

Saya ujian dimulai pukul 9.30 CLT. Saya berangkat pukul 9.15 CLT. Setibanya di ruangan saya langsung kumpulkan kerneh (kartu mahasiswa), tanda tangan dan meletakkan barang bawaan saya di depan kelas.

Lembar jawab dan soal pun dibagikan. Saya menulis nama dan roqm julus (nomor siswa) di lembar jawaban, beserta maddah (mata pelajaran) dan waktu pelaksanaan.

Panitia-panitia menjalankan tugasnya masing-masing. Ada yang duduk di depan pintu dan bertugas meneriaki siswa-siswa yang datang terlambat. Ada yang bertugas mengawasi peserta ujian. Selebihnya saya tidak tahu apa tugas mereka, mereka berjalan kesana kemari tapi tanpa tertawa, melainkan berjalan dengan membawa beban badannya yang berat dan irama sandalnya yang berseokan dengan lantai. Bertemu dengan panitia lain adalah sebuah momen untuk tegur sapa, basa basi dan suara mereka itu menggema. Sesekali saya berdesis keras agar mereka diam. Tukang pel kampus pun tidak ketinggalan eksis, mereka mencari alat-alat pel dan sesekali mengobrol dengan penjaga pintu. Sekali lagi, orang asli sini pantang berbisik. Untung waktu puasa, jadi tak ada penjual teh atau pembawa galon air yang tiap menit menanyakan “ada yang mau air?”.

Plis, ini bukan arena bermain. Jika kalian sedang menjalankan tugas, lalu apa yang sedang kami lakukan? Kami juga sedang menjalankan tugas sebagai mahasiswa. Tahu apa yang kami butuhkan? Ketenangan.

Pengawas cukup duduk di bangku yang telah disediakan, tidak usah berjalan kesana kemari dan melihat hasil corat-coret kami. Risih! Kadang ada yang mengajak kenalan “dari mana kamu asalnya?”, plis bukan saya tidak mahu menjawab, tapi saya turut merasakan apa yang peserta lain rasakan jika ada obrolan terjadi.

Plis, ini 40°C di bulan puasa. Otak saya butuh air. Bukan butuh kenalan yang nantinya setelah kenalan tidak akan diingat. Plis.

NB: Saya tidak sedang marah, tapi jika standar mereka tidak sama dengan saya, saya risih.

Profesi Baru Mahasiswa Indonesia di Mesir

Permintaan makin banyak. Mungkin jika diterima dan diuangkan bisa mengumpulkan pundi-pundi pemasukan. Tidak usah lagi minta jatah bulanan ke ortu.

Cukup terima permintaan tulisan nama, difoto dengan background setempat yang nantinya akan diupload di medsos peminta.

Jalan-jalan berasa ngeliput berita yah? Harus bawa kertas, spidol.

Standar kita yang tadinya tidak suka dengan hal senorak itu, karena segan jadi harus mempermalukan diri sendiri.

Untung Mesir, negara yang keamanannya ketat. Gak bisa asal jepret di sembarang tempat. Bisa jadi alasan untuk menolak.

Kenal Sebatas Sampul

Kamu paham seperti apa diriku? Jika kamu ingin aku mengikuti standarmu, itu artinya kamu hanya membaca sampulku, tidak membaca halaman perhalaman seluruh isiku.

Kadang ada orang seperti aku yang ketika berinteraksi dengan orang hanya bisa mengikuti alur cerita orang tersebut saja.

Jadi jangan pernah mengira jika kau menawariku meminum es kelapa muda misal, lalu aku ikut meminumnya, berarti aku juga suka meminumnya. Itu hanya sebuah bentuk penghormatan saja.

Jadi, yang bisa orang seperti saya ini harapkan adalah mohon untuk mengerti dan menghormati selera kami.

Terima kasih.

Rahasia Al Qur’an (Part 2)

Huruf Muqottho’ah [PART 2]

Huruf Muqottho’ah menjadi pembuka surah (fawātihus suwar) pada 29 surah. Sedangkan dari 28 huruf hijaiyyah hanya separo alias 14 huruf yang menjadi fawātihus suwar. Dengan pembagian :

1. 1 Huruf pada 3 surah : ص، ق، ن
2. 2 Huruf pada 9 surah : طه، النمل، يس، غافر، فصلت، الزخرف، الدخان، الجاثية، الأحقاف
3. 3 Huruf pada 13 surah : البقرة، آل عمران، يونس، هود، يوسف، إبراهيم، الحجر، الشعراء، القصص، العنكبوت، الروم، لقمان، السجدة
4. 4 Huruf pada 2 surah : الأعراف، الرعد
5. 5 Huruf pada 2 surah : مربم، الشورى

Fakta Lain :
○ 13 surah dibuka dengan ا dan ل
7 surah dengan ح dan م
4 surah dengan ط
1 surah dengan ك
1 surah dengan ي
1 surah dengan ص
1 surah dengan ق
1 surah dengan ن

Sumber: Muqorror Tafsir Surah Yusuf Universitas Al Azhar

Rahasia Al Qur’an (Part 1)

Huruf Muqottho’ah [PART 1]

Huruf muqotho’ah ada yang berpendapat bahwa ia adalah nama surah, sedangkan mahal i’rabnya rofa’ sebagai mubtada, ada yang mengatakan nashob dan jarr, dengan mentaqdirkan ‘amilnya.

Ada yang mengatakan bahwa huruf muqottho’ah adalah pesan rahasia yang disampaikan Allah swt pada Rasulullah saw melalui perantara Jibril as, sedangkan Jibril as tidak mengetahui artinya.

Ketika Jibril membacakan كهيعص kepada Rasulullah saw dan mengejanya huruf perhuruf, di setiap hurunya Rasulullah saw berkata علمت (saya tahu), hingga akhirnya Jibril terheran dan menanyakan kepada Rasulullah saw, mengapa beliau mengetahui apa yang belum diketahui Jibril as.

Pendapat tersebut milik Ibnu Kamal Basya namun tidak direkomendasikan untuk dijadikan rujukan, karena masih memerlukan penjelasan dan sanggahan. Wallahu a’lam.

Sumber: Muqorror Tafsir Surah Yusuf Universitas Al Azhar

Sekolah Kehidupan, Sudah Lulus Belum?

Sejauh kaca mata observasiku memperhatikan, hal-hal konyol yang fresh-graduate pondok lakukan, yang nantinya akan mereka sesali, lebih mengganggu daripada belek di mata, kopok di kuping dan lebih membuat gatal dari serangga adalah: mereka merasa ini adalah final, mereka lupa bahwa ini adalah permulaan, jika memang mereka telah menorehkan kenangan indah di masa yang telah lalu, mereka lupa untuk menciptakan hal itu kembali di masa yang akan datang.

Mereka merasa mereka lah senior of senior, mereka lupa senior-senior yang mendahului mereka seperti apa susahnya menaiki tangga kesuksesan. Baik itu berdagang, presentasi, lembur tugas, program organisasi, dll.

Mereka lupa di sekolah kehidupan mereka belum lulus.