Ayah Mencintai Kita dalam Diam

20150717_073546

“Iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertaqwa.”

Mendengar sepenggal bait dari lagu itu, merinding rasanya hati ini. Bagaimana tidak? Harta warisan yang mungkin kita tenang olehnya ternyata masih ada hal lain yang membuat kita gusar.

Iman, yang tanpanya kita tidak akan mendapat ketenangan sejati yang abadi. Jika kita hanya memikirkan kebahagiaan dunia, mungkin sudahlah nyaman bagi mereka yang berduit.

Namun bagi sebagian dari mereka yang beriman justru tidak nyaman dengan harta yang mereka miliki, karena harta mereka tidak akan bisa menolong mereka di kehidupan selanjutnya. Bahkan, seorang ayah yang alim, beriman dan bertaqwa sekalipun tidak mampu memberikan sebagian ketaqwaannya pada anak-anaknya.

Mungkin bisa saja seorang ayah mengajarkan apa itu iman, apa itu taqwa, bagaimana caranya dan segala macam yang membawa kita menuju ke jalan yang benar, akan tetapi sekali lagi iman letaknya ada pada hati.

Hati seseorang tidak ada seorangpun yang tahu. Teruslah berdoa dan mendekatkan diri pada Allah agar kita selalu dalam kondisi beriman sampai meninggal nanti.

Memiliki ayah yang bertaqwa tentulah sangat beruntung. Sebagai tolak ukur agar kita bisa melakukan lebih dari yang beliau lakukan. Setiap harinya kita akan termotivasi dengan perkataan dan perbuatannya. Dan juga ketika kita berada jauh darinya, kita akan terus terngiang dan rindu akan nasihat-nasihatnya.

Bukan berarti ketika kita memiliki seorang ayah yang biasa saja kadar amal ibadahnya, kita termasuk orang yang rugi. Justru dengan keadaan seperti itu, kita harus tergugah agar bisa menjadi lebih dari apa yang ayah kita jadi. Kitalah yang akan membawa mereka ke surga, kita sendirilah yang akan mengantarkannya. Karena salah satu amal yang tidak akan berhenti sampai kita meninggal sekalipun yaitu doa anak yang sholeh, apalagi ketika kita berbuat baik, menuruti apa yang orangtua kita ajarkan.

Saya sedikit agak tidak setuju dengan perkataan yang menjelaskan bahwa seorang pemuda yaitu yang mengatakan ini saya bukan ini ayah saya. Sebab, negasi dari kalimat tersebut hanya ditujukan untuk mereka yang bersombong diri dengan kedudukan ayahnya. Penyertaan ayah dalam segala lini kehidupan kita sangatlah perlu bagi seorang anak. Tertulislah nama di batu nisan kita fulan bin fulan. Seorang istri juga seharusnya menyertakan nama ayahnya di akhir namanya bukan nama suaminya. Ayah mencintai kita dalam diam. Tak perlu penjelasan lebih lanjut. Kita semua paham arti kata ayah walaupun ayah disebutkan setelah kata ibu tersebut sebanyak tiga kali. Ayah yang mebiayai segala kebutuhan kita, pakaian yang kita kenakanpun merupakan bentuk jelmaan dari keringat orang tua kita.

Leave a Reply

4 komentar pada “Ayah Mencintai Kita dalam Diam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *