Musim Panas Sounds Good

Selamat musim gugur teman-teman. Walaupun musim gugurnya akan segera usai dan berganti menjadi musim dingin namun tidak ada salahnya saya menyapa teman-teman dengan ucapan itu, karena sekarang kita masih merasakan indahnya daun-daun berguguran, ditemani oleh angin musim dingin yang mulai menyambut kehadiran kita di batas awal musimnya. Lalu mengapa judul dari tulisan ini tertulis dengan musim panas? Apa sebenarnya yang ingin saya sampaikan pada kalian? Ya, musim panas adalah musim untuk mencinta, sedangkan musim gugur adalah musim perpisahan, musim dingin adalah musim kerinduan dan musim semi adalah musim pertemuan. Mau tahu rahasia mengapa saya bisa menyimpulkan seperti itu? Yuk, saya ajak kalian mengikuti kisah saya selama tiga bulan penuh berlibur di tanah air.

Kejadian ini bermula pada bulan ke delapan saya hidup sebagai pelajar di negeri orang, sebut saja Mesir. Belum genap sepuluh tahun namun saya sudah menamatkan masa studi saya untuk dua semster pertama ini, dan sekarang lah waktunya untuk iibur panjang musim panas.

Sebagai seorang junior yang tidak tahu menahu soal perkuliahan, jadi yang saya lakukan hanyalah menghadiri jam kuliah dan mengikuti ujian tertulis dan lisannya begitu saja selama satu tahun ajaran ini. Selalu apa yang saya dapatkan hanya informasi-informasi yang saya dengar begitu saja dari kakak-kakak kelas, termasuk libur panjang musim panas yang nantinya akan menjemukan. Mendengar kata-kata itu sontak saya berkeinginan untuk pulang ke Indonesia. Disamping saya tidak ingin merasakan kejemuan itu, saya juga ingin merasakan lebaran idul fitri bersama keluarga karena awal libur panjang musim panas ini kebetulan bertepatan dengan awal bulan ramadhan. Waktu itu masa berlaku visa saya sudah habis, maka saya putuskan untuk memperpanjang visa saya. Pada saat itu keinginan untuk pulang ke Indonesia belum memuncak karena masih ada sedikit kegiatan yang masih menyibukkan saya. Singkat cerita, di tengah proses perpanjangan visa, saya mengalami sedikit masalah stempel tasdiq dari kuliah saya melewatkan satu di antara tiga stempel yang diminta, maka saya diminta untuk meminta ulang tasdiq dari kuliah, dan paspor saya kumpulkan ke keluargaan saya yaitu KSW untuk diberikan pada konsuler. Selang beberapa lama setelah saya urus tasdiq baru, saya dikabarkan bahwa paspor saya hilang, saya pun langsung mengkontak pihak KSW waktu itu Akhi Mahdi kakak kelas saya sendiri yang menjabat sebagai wakil gubernur KSW, ia memberitahukan bahwa paspor saya sudah diserahkan ke gubernur KSW sendiri yaitu Mas Ulin dan sudah sampai ke pihak konsuler. Semua orang yang berhubungan dengan paspor saya hubungi, dan ternyata masalahnya ada pada keteledoran pihak konsuler. Berhari-hari lamanya saya menunggu akhirnya dengan rahmat Allah paspor saya ditemukan. Saya sempat putus harapan untuk pulang, rasa ingin pulang itu memuncak bertepatan sekali dengan kabar bahwa paspor saya hilang. Mendengar paspor saya hilang kala itu dan solusi yang ditawarkan oleh pihak konsuler adalah dengan menggantinya dengan yang baru, maka seketika rasanya bagaikan dibanting dari atas ketinggian. Harapan saya musnah ditambah rasa kecewa karena paspor lama itu telah menorehkan sejarah saya berkeliling ke tiga negara asia yaitu Singapura, Malaysia dan Thaliand.

Setelah mendengar kabar gembira itu saya langsung kabarkan orang tua bagaimana jika saya pulang saja ke Indonesia karena saya rindu hingga suatu hari saya tidak berpuasa karena saya menderita sakit demam yang amat sangat. Mendengar keinginan putranya sebagai seorang ibu tentunya tidak bisa menolak untuk bisa bertemu dengan buah hatinya, walaupun agak sedikit berat hati karena saya sedang dalam proses menuntut ilmu di negara orang yang sangat jauh dari rumah.

Singkat cerita lagi, akhirnya saya berhasil memesan tiket untuk kepulangan saya di hari terakhir berpuasa karena itu satu-satunya hari yang paling tidak amat terlambat untuk merasakan suasana lebaran idul fitri di rumah, setelah sebelumnya saya sempat menggagalkan pesanan tiket karena masih dirundung kebingungan, dan itu lah kebiasaan buruk saya, sulit untuk menentukan pilihan.

Di hari yang ditentukan saya diantar oleh teman-teman saya menuju ke bandara, saya pun take off dan selamat datang di Indonesia.

13612177_1167505159937040_5409786185971657418_n

Stand by Me

img20161029133832

My name is Muhammad Fadhlurrohman. I was born towards amazing parents and family. It was my parents who taught me many important lessons to be a better person in every situation.

When I was in Al Hikmah 2 Benda Islamic High School, I didn’t have any confidence in myself. I felt like I didn’t have anything to be proud of, and some of the surroundings sometimes pushed me down. I exceeded these hard times to be myself, and here I am.

Now, I have big responsobility to present Indonesia to Al Azhar University. It must seem easy, but trust me! The preassure is that much.

I believe everybody will feel the same what I feel if They were in my seat. There is no way I can do it alone, for every limitation that I have, people say things about it. I don’t want to change myself to seem of others or anything else, because if I change, people love the change that I made, but not me. What I want is to be myself and to improve from time to time. That’s why I need people to support, to criticize, to watch every progress that I made. That means I need all of you. I’m nothing if I’m alone, but when We stand up together, We are something. We stand together, We can show Indonesia to the world.

“Saya” dalam Barisan Alenia (Nostalgia Santri Organisatoris)

Kairo, Sabtu 19 November 2016 23:41 CLT

12346396_1039099539444270_1467866989450566959_n

Perkenalkan nama saya Muhammad Fadhlurrohman, biasa dipanggil Fadhlu. Mungkin tidak ada gunanya saya memperkenalkan diri saya karena pembaca sekalian mungkin tidak mengenali saya sebab yang pertama mungkin karena kita tidak sezaman ketika kita masih menjadi pelajar di Pon. Pes. Al Hikmah 2 Benda dan sebab yang kedua adalah karena saya termasuk ambievert yang walaupun dominan ke extrovert yang ingin dikenal dan mengenal akan tetapi saya memiliki sisi introvert yang tidak pernah mengharapkan dengan sangat untuk dikenal oleh penggede-penggede pondok, karena jika saya dikenal oleh mereka maka saya harus menjadi orang lain ketika berhadapan dengan mereka dan menahan rasa ingin bercanda ria bersama teman-teman sebaya atau yang lebih muda dari saya dan saya tidak menyukai itu, jangankan penggede-penggede pondok, guru-guru di sekolahpun ketika ada yang mengenali saya maka saya akan bertanya-bertanya bagaimana mungkin beliau dan beliau mengenali saya. Karena saya sudah menderita mata minus sejak kecil tepatnya kelas tiga MI maka segala apa yang saya lihat itu terlihat kecil di mata saya termasuk diri saya sendiri walaupun banyak orang yang mengatakan saya sudah cukup dikatakan hebat karena memiliki potensi lebih dari teman-teman yang lain. Jadi simpelnya saya ingin enjoy menjalani hidup saya tanpa ada yang membatasi ruang lingkup saya berjalan di atas bumi ini kecuali Tuhan saya (Allah) dengan aturan-aturan yang telah Ia tetapkan pada hamba-hambanya, begitupun cara saya berinteraksi dan cara orang tua saya memperlakukan saya layaknya teman yang tidak ada canggung untuk mengungkapkan suatu hal namun sekedar mengerti batasan sebagai anak dan sebagai orang tua.

Kembali dengan diri saya pada saat dimana saya merasakan bahwa saya bukanlah diri saya. Seorang introvert yang pemalu dan penakut berhasil mengudarakan namanya di wilayah Bumiayu dan sekitarnya dengan menjadi seorang santri penyiar dan penyiar santri di radio swasta milik Pon. Pes. tersebut yaitu Tsania FM. Murid kelas persiapan MAK yang sangat penakut, tukang minder dan kadang suka takut salah kini beraksi di balik dinding-dinding tembok ruang on air. Tak pelak, dari hanya sekedar menjalani sebuah hobi akhirnya kini membuahkan hasil yang tak terduga, seorang penggemar radio Tsania dari kalangan ibu-ibu mengidolakan gaya saya siaran dan ingin menemui saya. Tepat seminggu setelah beliau berhasil menelepon saya sewaktu saya siaran, di jum’at pagi hari saya didatangi oleh seorang wanita gemuk memakai kaca mata yang sampai sekarang masih saya ingat namanya yaitu Bunda Ida. Setiap pekan di hari jum’at pagi seperti biasa beliau bertandang ke stasiun radio hanya ingin menemui saya, namun saya sering berhalangan hadir karena saya bersekolah di MAK yang menuntut saya untuk tidak pergi kemana-mana kecuali bersama buku pelajaran atau sebuah agenda. Saya tahu beliau sangat menyayangi saya hingga suatu ketika beliau pernah memberikan saya sebuah sarung dan bukan saya langsung yang menerimanya.

380579_445147942172769_394907003_n

Tidak hanya berhenti disitu, saya pun kembali memaksakan diri saya yang selalu merasa haus atas apa yang sudah saya raih dengan mengikuti seleksi kembali, perekrutan anggota baru M2Net, saya rasa saya tidak perlu menjelaskan apa itu M2Net. Saya pun terpilih waktu itu saya bersama sahabat saya Abdullah Husen, kami lah duta M2Net dari program keagamaan.

165893_435017246519172_278360375_n

Begitulah kegiatan saya di tahun pertama saya masuk MAK, kelas paling junior yang sedang menjadi sasaran empuk-empuknya dididik oleh KSPD namun saya lebih memilih untuk tidak mengekang diri saya untuk menjadi diri saya yang sebenarnya. Karena saya waktu itu murid yang terbilang sangat pintar di atas teman-teman lainnya, dan itu fakta saya mendapatkan posisi ketiga di tes seleksi masuk MAK dengan skor tertinggi mata pelajaran Bahasa Inggris yaitu 80, maka hanya sedikit senior yang berani menegur saya ketika saya berbuat salah dan jangan salah walaupun saya orangnya penakut namun di lain sisi saya juga seorang yang temperamen yang senggol bacok ketika ada cibiran tak mengenakkan dari seseorang. Terbukti saya beberapa kali adu jotos dengan teman-teman saya sewaktu saya masih di MTs. Hal itu sebenarnya ingin saya rubah di sekolah baru saya namun terkadang tanpa kendali sifat itu kembali muncul, masih bagus yang sering saya keluarkan hanya omongan-omongan pedas menjawab ocehan senior, pernah suatu ketika saya hampir berkelahi dengan senior -sekarang sudah almarhum- karena keadaan diri saya yang sulit diatur ini hingga ia mengatakan ia tidak akan pernah memaafkan diri saya sebelum saya meminta maaf padanya, dan saya tetap dengan ego saya.

Tahun berganti tahun, saya pun sekarang telah menjadi murid sah MAK alias naik ke kelas satu dan saya kembali diperebutkan oleh kakak kelas, namun kali ini dalam sisi kebaikan. Saya membuat bingung kakak-kakak kelas saya terutama Akhi Igo (sekretaris KSPD) dan Akhi Daus (Koord. Dept. Bahasa KSPD), kepada siapakah saya harus menjadi anggotanya, mengingat saya ahli dalam hal kepenulisan dan saya ahli juga dalam hal kebahasaan terbukti saya menjadi the best speaker di Friendly Match English Debate yang diadakan oleh KSPD dan EDS, mengalahkan senior-senior saya. Akhirnya setelah melalui perdebatan yang sengit akhirnya keputusan diserahkan pada saya, saya pun memilih untuk menjadi anggota dept. bahasa yang tentunya belum pernah saya rasakan sensasinya.

Di tahun berikutnya saya duduk di kelas dua MAK, saya menjadi koord. dept. bahasa (tunggal) dan tidak ada satupun teman-teman angkatan saya yang mau menemani saya, bahkan Ulin teman saya yang dulu pernah menjabat sebagai anggota dept. bahasa pada tahun lalu juga menolaknya dan lebih memilih untuk pindah ke dept. lain. Teman-teman yang terbilang unggul pun lebih memilih untuk menolaknya karena merasa tidak berminat dan berbakat pada hal semacam itu. Untung saja ada satu teman saya yang mau dan berkompeten menjadi partner senior saya menjalankan tugas ini walaupun sebelumnya banyak ditentang oleh teman-teman seangkatan lainnya karena ia mempunyai masalah dengan mereka. Sungguh sulit jika dibayangkan, namun sesungguhnya sangatlah mudah bagi saya walau ditinggal sekalipun saya bisa menanganinya karena ini passion saya. Saya jalani tahun gemilang ini di KSPD walaupun kadang bertabrakan dengan organisasi-organisasi yang saya ikuti sebelumnya. Sehingga posisi saya sekarang ini kadang dicari oleh KSPD dan kadang dicari oleh Radio Tsani atau M2Net, namun saya tak sebodoh itu, saya cerdik, saya gabungkan saya semua organisasi itu sehingga masing-masing dari mereka membutuhkan satu sama lain. Seperti contoh spesifikasi di KSPD, saya sejak kelas satu sudah diamanati menjadi mentor spesifikasi jurnalistik, saya bagikan ilmu yang saya dapatkan di M2Net pada mereka, saya ajarkan mereka membuat blog dan berbangga hati menggunakan domain malhikdua.com, walaupun di kelas dua ini spesifikasi itu dihapus dan saya sekarang menjadi mentor spesifikasi English Speech, setidaknya saya pernah mengkombinasikan organisasi-organisasi yang sangat menyibukkan saya menjadi satu padu dan saling membantu.

10268570_752441041443456_5559862333586169703_n

Di tiga tahun pertama itu kadang saya habiskan untuk berbuat jahil, mengikuti pelatihan-pelatihan yang sebenarnya saya sudah menguasainya namun saya tetap bersikukuh untuk mengikutinya, seperti pelatihan blog yang diadakan oleh Mas In’am Fajar, pengurus GOR sampai saya ditegur mengapa saya mengikutinya padahal saya sudah selevel dengannya.
Saya juga mengikuti perekrutan kru baru Majalah El Waha dan yang mengetes saya pada waktu itu adalah teman saya sendiri yang sudah tahu bagaimana kesibukan saya baik di sekolah maupun di luar sekolah, akhirnya saya pun ditolak dan itu tak masalah.

Menuju ke kelas tiga MAK, perlahan satu persatu organisasi-organisasi saya tinggalkan. Lengser dari KSPD, meluluskan diri dari M2Net karena teman-teman seangkatan sudah pada lulus sedangkan saya baru memasuki kelas tiga, kini hanya Radio Tsania yang masih saya lepas genggamkan, namun saya masih membantu M2Net jika diperlukan, karena memang dua organisasi yang saya ikuti ini selalu welcome dengan alumni-alumni jebolannya, terbukti ketika saya sudah kelas tiga dan ketika saya sudah lulus pun saya kadang masih diundang oleh mereka junior-junior saya yang saya cintai.
Masih ada karir satu lagi yang saya belum sebutkan yaitu menjadi Host Acara Khataman Aqidatul Awwam dan Tuhfatul Athfal karena sudah pernah saya posting di postingan sebelumnya yang berjudul “Dari Kucing Menjadi Macan”.

Dan sejak saat itu lah saya menjadi manusia yang seutuhnya, menjadi manusia yang dimanusiakan, namun sayangnya sekarang saya lebih menutup diri untuk memilih organisasi baru di tempat perkuliahan saya saat ini karena saya takut organisasi baru yang akan saya geluti tidak lebih baik dari organiasi-organisasi yang saya geluti sebelumnya, jadi lebih baik saya kembangkan dan teruskan perjuangan saya untuk menjadi seorang broadcaster, writter, blogger dan traveller. Terima kasih M2Net, Radio Tsania dan Pon. Pes. Al Hikmah.

Sekian.

Surat Cinta untuk Tuhan

Ya Allah, jangan jadikan rasa cintaku pada hamba-Mu melebihi rasa cintaku pada-Mu. Karena aku tahu jika aku sandarkan hidupku padanya bagaikan menyenderkan tubuh ini pada sebuah tiang yang tiang itu sendiripun bisa tumbang suatu saat nanti.

Ya Allah, jangan jadikan rasa rinduku pada hamba-Mu melebihi rasa rinduku pada-Mu. Karena aku tahu suatu saat Engkau akan mengambilnya kapan saja, tidak seperti Engkau yang bisa aku temui kapan saja dan dimana saja, serta rasa cinta-Mu pada hamba-hamba-Mu yang tak lekang oleh waktu.

Hamba-Mu yang faqir :”)

Mondok dengan Suatu Misi

Lalu mana hasilnya?

Di pondokkan lama-lama agar bisa hidup sebagai pribadi yang prihatin; mencuci pakaian sendiri, makanan tidak enak, memakai barang seadanya, lalu mana hasilnya?

Jika setelah keluar dari pondok kembali menjadi pribadi yang manja, cengeng dan ringkih; jangankan mencucikan pakaian orang tua, milik sendiri saja tidak pernah terjamah – hang out sana-sini ke restoran, mall dan bioskop hanya agar mendapat pengakuan dari penonton, padahal biaya satu orang jalan kesana bisa untuk membeli cemilan dan dinikmati bersama bersama keluarga di rumah – rela nyicil setoran motor biar bisa boncengin pacar, padahal di rumah ada orang tua yang ingin diantar ke pasar.

Kalau bukan sekarang, maka kapan lagi untuk membuktikan bahwa pengorbanan orang tua kita selama di pondok tidak sia-sia?

Apabila hati sudah terpaut dengan dunia, maka berdusta orang yang mengatakan bisa mengimbanginya dengan akhirat.

Apabila hati sudah terlena dengan dunia, maka tanpanya ia bukan apa-apa.

Semuanya fana, kecuali hati yang selalu dipautkan dengan-Nya.

Kita bukan nabi yang dibelah dadanya lalu dibersihkan isi hatinya dari kotoran, dan kita tidak pernah membersihkannya, bahkan membiarkan kotoran dan penyakit hati menumpuk di dalamnya. Lalu apa yang ingin kita andalkan?

Hilangkanlah sifat dengki bahwa kawan kita lebih pintar dalam urusan agama, hargai saja dan biarkan kita menirunya. Singkirkan rasa merasa tersaingi oleh lawan kita, karena sejatinya kita belajar agama semata-mata agar kita mengenal-Nya, Tuhan seluruh alam. Marilah kita bergotong-royong menjunjung tinggi syariat Allah di bumi ini.

#Fadhlunisme

Survivor

FB_IMG_1471481839494

Aku kira aku tak suka makanan Mesir karena rasanya yang jauh dari lidah Indonesia. Lalu aku coba cicipi kembali makanan yang aku sebut akrab dengan lidahku, namun tetap saja lidah ini menolaknya, seenak apapun itu.

Masalah yang pertama yaitu kehidupan yang kadang kita tak suka kita berada di dalamnya namun harus tetap kita jalani. Obat pahit yang harus kita telan demi kelangsungan hidup kita.

Masalah yang kedua yaitu seperti itulah kehidupan, seiring berjalannya waktu kita akan mengetahui bahwa dalam kehidupan dunia hanya ada rasa-rasa itu saja yang akan kita rasakan.

Seiring bertambahnya usia, seiring matangnya pengalaman hidup, kita akan tahu rasa apa yang akan kita kecap ketika kita dihidangkan dengan pilihan hidup, senyaman apapun itu.

Membosankan memang, hiduplah untuk duniamu seakan kamu akan hidup selamanya, hiduplah untuk akhiratmu seakan kamu akan mati besok.

#Fadhlunisme

Hanya Lihat ke Depan

FB_IMG_1471481814388

Kadang suatu keterpaksaan adalah jalan keluar.

Ketika kita tak ingin membeli nasi bungkus yang lewat depan rumah karena berisi sedikit, maka kita terpaksa harus rela berjalan ke tempat lain demi tidak membelinya.

Ketika kita merasa salah ambil jalan, maka tidak ada kata mundur, yang hanya bisa kita lakukan adalah bergegas agar lekas keluar dari jalan tersebut.

#Fadhlunisme

Ahli Perasa yang Sesungguhnya

Banyak orang berlidah peka terhadap masakan sehingga apa yang mereka masak terasa enak dihidangkan, namun sedikit yang ketika berbicara mengenakkan hati pendengarnya, itu semua karena mereka tidak belajar dari sisi lain keahlian yang mereka miliki, andai saja mereka mencicipi dahulu kata-kata yang akan mereka lontarkan ke lawan bicara mereka seperti halnya seorang koki menambahkan gula agar tidak pedas pada masakan, maka mungkin akan banyak pelanggan berdatangan untuk sekedar duduk berdiam diri berjejeran tanpa sepatah kata bahkan turut menyenderkan kepala karena mereka merasa aman di sisinya.

Selamat pagi, selamat beraktifitas, terus tebarkan kebaikan, buat minimal tiga orang tersenyum setiap harinya dan selalu semangat menggapai impian!

#Fadhlunisme #FadhluQuotes

Desaku yang Ku Cinta

Pagi ini, ku buka pintu rumahku, terlihat jelas di depan mataku, berbaris pepohonan, pisang yang mendominasi. Pikiranku melayang, mengingat masa kecilku yang selalu mengisi waktu luangku untuk berkebun dekat rumahku, walaupun itu bukan kebunku, masa itu sahabatku satu-satunya hanyalah alam, alam yang mengerti bagaimana menghibur hati yang gundah gulana ini, ketika aku merengek menangis karena tidak dituruti apa mauku, maka alam lah yang menenangkanku, bermain di atas pasir, mencari undur-undur, mengenali setiap tumbuhan yang aku lewati, bermain di sekitar sumur kebun, menerobos pagar-pagar pembatas kebun, terbeler, tersayat, tertusuk duri, itu hal biasa. Bersama kawan-kawan masa kecilku, kami memanfaatkan segala apa yang ada untuk dijadikan bahan mainan kami, kami tak butuh membeli plastik yang berbentuk orang-orangan, kami hanya mengumpulkan serpihan-serpihan genting yang sudah tidak terpakai, mencari plastik dan mengisinya dengan pasir, begitu saja kami sudah bahagia. Kini, pagar-pagar pembatas itu sudah semakin menjulang, menghalangi anak-anak untuk memasukinya, dua pohon yang sampai sekarang aku tak tahu apa jenisnya kini telah ditebang, pohon kelapa satu-satunya yang dekat rumahku pun sudah lama ditebang bersama dua pohon itu. Lapangan luas depan rumahku kini telah menjadi pabrik, sehingga namanya kini hanya tinggal sejarah. Pepohonan hijau sepanjang jalan kini telah menjadi bangunan-bangunan megah. Kini aku tak takut lagi di waktu malam menyusuri jalanan menuju ke surau. Bahagia memang, namun jika aku mengingat masa kecilku, hanya ada rasa sesak di dada. Ku lanjutkan perjalanan, ku starter sepeda motorku, ku lihat di sekeliling, masih tumbuh pepohonan kecil yang sama persis dengan dulu. Aku kira pohon-pohon ini yang masih bisa bertahan. Embun di atas dedaunannya, kabut yang menyentuh lembut wajahku, udara sejuk yang sangat menyengat di hidungku, pemandangan ibu-ibu hilir mudik membeli ponggol. Oh sungguh, aku tak ingin meninggalkan desaku ini. Tapi tak mungkin, aku hanya bisa berharap anak-cucuku nanti akan tahu bahwa negeri yang mereka singgahi ini sungguh indah, Indonesia – Jamrud Khatulistiwa.

Sebuah Cerita Cinta Pendek

A short love story.

Aku duduk di atas kursi ruang tamu dalam rumahku. Karena rumahku kecil jadi suara dari jalan depan rumahku terdengar jelas dari dalam. Seketika sebuah sepeda melaju dengan kecepatan sedang, namun agak terdengar kencang. Terdengar dengan jelas obrolan seorang ibu pada anaknya yang masih kecil yang duduk di boncengan belakang. Entah mengapa suara itu terdengar lebih jelas dari kebisingan yang lain, atau memang sengaja Tuhan keraskan atau mungkin Tuhan pekakan pendengaranku pada hal semacam ini. Langsung saja ke obrolan mereka, pendek namun penuh arti, silahkan nanti diterjemahkan sendiri-sendiri :

“Engko angger ditakoni njawab ya mad.”
“Iya.” Jawabnya polos.
“Aja meneng bae.” Lanjut ibunya dengan lembut.

Ya Allah, baper. :”)