Peran Pewaris Nabi(?)

Seperti biasa di hari jumat siang pasti cuaca akan sangat panas. Orang-orang berbondong-bondong pergi ke masjid. Di luar gerbang samping masjid biasa orang berlalu-lalang, pengemis-pengemis pun tak kalah duduk berjejeran menanti orang baik yang akan memberi mereka sekeping uang. Kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu bahkan ada seorang nenek yang sudah sangat tua.

Sedangkan di masjid aku duduk mendengarkan khutbah. Khutbah jumat kali ini menceritakan tentang bagaimana Rasulullah saw dahulu bersikap baik terhadap ahlus suffah. Ahlus suffah adalah orang-orang miskin yang tinggal di emperan masjid.

Entah mengapa aku terhanyut dalam khayalanku. Jika sekarang ada nabi, akankah pengemis-pengemis di luar sana akan bernasib sama? Jika sekarang tidak ada nabi, dan dikatakan ada pewarisnya, lalu pengemis itu bagaimana nasibnya?

Para jamaah sholat jumat berdecap kagum dengan apa yang disampaikan khatib, pada Rasulullah saw yang digambarkan oleh khotib, bukan pada khatibnya. Mungkin mereka mengagumi khatibnya karena beliau alim.

Aku tak tahu mengapa alur ceritanya selalu begini. Khatib naik ke mimbar, menyampaikan hal-hal yang mengagumkan, para jamaah berdecap kagum. Selepas itu khatib turun mimbar, para jamaah membubarkan diri dan kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Dan pemandangannya masih begitu saja.

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *