Sindiran Seorang Syekh

Mengapa setiap kali seorang Syekh mengatakan sesuatu saya selalu langsung merasa tersindir?

1. Ketika Syekh Fathi Hijazi mengatakan “Kalian paham atau tidak?”

Seakan-akan kalimat itu dilontarkan padaku. Aku merasa mungkin karena ekspresiku yang datar alias tidak menunjukkan wajah paham atau tidak itu yang menjadi persoalan.

Padahal sebenarnya paham cuma mungkin saya kurang dalam berekspresi seperti mengangguk atau lain sebagainya.

2. Ketika Syekh Fathi Hijazi mengatakan “Suasana hati orang bisa diketahui dari raut mukanya.”

Seketika aku langsung merasa, karena tadi mukaku yang jarang menunjukkan ekspresi bahagia atau sedih. Akhir-akhir ini pikiran lebih dominan daripada perasaan, maka menurutku tidak ada kesempatan untuk berekspresi, mungkin karena faktor usia seusiaku yang sedang dalam tahap pencarian jati diri.

3. Ketika Syekh Fathi Hijazi mengatakan “Ini pertama kalinya kamu ikut pengajian?” pada seseorang.

Tapi entah mengapa perkataan itu ditujukan untuk diriku. Aku memang sudah lama tidak menghadiri salah satu pengajiannya. Tapi aku selalu hadir di pengajiannya yang lain. Karena faktor variasinya pengajian di bumi kinanah ini dan merebaknya berbagai aktifitas kemahasiswaan.

Itulah beberapa pengalamanku ketika tersindir oleh beberapa syekh. Tapi kali ini aku cantumkan Syekh Fathi Hijazi saja. Syekh favoritku, syekh yang ingin aku menjadi sepertinya, syekh yang mutqin pada bidang lughoh dan syekh yang paling banyak aku ikuti pengajiannya (mulazamah). Semoga Allah selalu merahmatinya. Amin.

Beridentitas Namun Tak Beridentitas, Manusia Tanpa Batas

Ada yang mengatakan menyendiri lebih baik daripada berteman dengan orang yang buruk, namun berteman dengan orang yang baik lebih baik daripada menyendiri.

Orang jika ingin berbicara maka dianjurkan berbicara yang baik saja, jika tidak maka lebih baik diam. Tapi apakah jika ada yang berbicara lalu ia baik dan yang diam itu tidak?

Saya adalah orang yang selalu ingin tahu segala hal. Dan saya tidak ingin hanya mengetahuinya namun juga memahaminya. Bukankah terasa kurang jika hanya mendengar saja tanpa mengalaminya?

Saya mungkin bukan orang besar, tapi saya bersama orang-orang besar, dengan berbagai latar belakang. Saya mungkin berada dimana-mana, namun bukan berarti saya memihak satu kubu, sedangkan saya berada di kubu-kubu yang lain.

Ada orang mengaku berada pada kubu yang benar. Yakinkah kubu anda yang benar? Eit, anda tidak bisa melawan saya dengan membawa kubu saya. Kubu saya yang mana?

Ya benar, saya bersama mereka, bersama kalian termasuk bersama anda. Tapi apakah ada tanda-tanda bahwa saya membenarkan kubu-kubu yang saya berada dan menyalahkan kubu anda? Saya tidak bisa menyalahkan kubu anda, karena saya bagian daripadanya.

Saya sendiri tidak suka adanya penganggapan bahwa satu kubu adalah yang terbaik bahkan terbenar sekalipun saya daripadanya.

Kata khilaf terlahir di dunia bukan tanpa sebab, gelengan kepala tiba-tiba menjadi anggukan juga bukan tanpa sebab.

Bagaimana saya ingin ikut suatu kubu sedangkan saya tidak suka adanya perkubuan. Namun bukan berati saya tak beridentitas.

Seberapa jauh anda mengenal saya itu hanya sebatas pengetahuan anda. Sedangkan pengetahuan anda dan pengetahuan orang lain terhadap saya itu berbeda.

Tidak usah mendefinisikan siapa saya. Saya sendiri kesusahan mencari ta’rif jami’ wa mani’ untuk diri saya termasuk untuk makhluk lainnya. Karena kita ini ciptaan Tuhan bukan ciptaan makhluk.

Teruslah menghambakan diri, bukan menuhankan diri. Nabi saja tak sampai hati mengaku dirinya Tuhan.

Kairo, 23 November 2017

Muhammad Fadhlurrohman Suwondo Renggan Dirjo

Keharmonisan Keluarga itu Penting

Tiba-tiba rindu.

Biasanya kalo kita ngumpul ~baik itu teman yang nyebelin, atau yang lainnya~ kita hempaskan. Seakan-akan kita lupa bahwa kita punya masalah ~eh salah~ teman yang bermasalah.

Memang kalo kita curhat kita ngomongin ‘kok bisa yah ada orang-orang yang gak sebaik kita(?)’ Bukan berarti kami baik, tapi kami satu sama lain sangat baik.

Memang setiap kali kami berpisah, kami harus tarik nafas dalam bertemu dengan orang-orang yang tidak sepaham dengan kami. Sangat sulit berkumpul dengan orang-orang yang dididik berbeda oleh keluarganya.

Kami punya prinsip, selama kami masih berkeluarga, kami memiliki segalanya. Kami punya sahabat, kami punya kakak, kami punya orang yang menyayangi dan disayangi, dll.

Hubungan biologis itu paling resmi-resminya hubungan ~selain pernikahan~, karena semua itu dijelaskan dalam Al Qur’an.

Banyak orang memiliki orang tua lengkap, tapi sejatinya rumah tangganya broken. Rumah kami kecil tidak sebegitu bagus, tapi tidak dengan rumah tangga kami.

Semoga Allah selalu menjaga keharmonisan rumah tangga kita semua dan semoga keluarga kita berdiri, ada ~numpang~ di atas bumi Allah ini atas dasar nama Allah. Dan semoga kita semua ~anda dan kami~ sekeluarga bisa berkumpul di surga nanti.

Keluarga Suwondo Renggan Dirjo

Hubungan Berkualitas

Banyak yang menanyakan padaku, “Siapa gerangan kekasihmu?” Aku jawab “Tak ada.” “Mengapa?” “Tak tahu.” “Memang yang seperti apa yang kau inginkan?” “Hmm.”

Memiliki seorang kekasih, menyayangi dan disayangi adalah lumrah bagi setiap manusia.

Menunaikan ibadah haji pun.

Ini tentang sebuah intuisi.

Sebuah panggilan.

Panggilan hati.

Tergerak atau tidak?

Sewaktu aku masih kecil, aku sering dijejali oleh orang-orang dengan pernyataan bahwa tak usah pedulikan jodoh, jika kita menjadi orang besar kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan.

Separo saya setuju, separo lagi tidak.

Setuju tidak disibukkan dengan membuang-buang waktu untuk hal yang tak berkualitas,

Tidak setuju dengan memanfaatkan status kita untuk menarik perhatian.

Aku adalah anak sulung dari kedua abah dan umiku yang hebat.

Aku belajar dari hubungan berkualitas mereka.

Aku saksikan sendiri bagaimana kondisi abah kala waktu itu dan bagaimana umi selalu menyokongnya.

Mulai dari zaman motor abah astrea sampai abah mempunyai honda.

Aku mempunyai seorang abah yang ambisius dan mempunyai seorang umi yang sangat taat dan selalu percaya serta mendukung mimpi-mimpinya.

Menikah dan membangun rumah tangga bukanlah tujuan akhir dari hidup.

Manusia berproses.

Dan semua akan kembali pada-Nya.

Risalah Alam: Masterpiece Tuhan

Aku bukan kamu, kamu bukan aku. Aku tidak seperti kamu, kamu tidak seperti aku. Kamu tidak bisa menjadi aku, begitu juga aku.

Begitu saja. Cukup tahu bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna. Tidak ada dari kita yang sempurna. Kita sempurna karena kita bersama. Manusia itu makhluk sosial.

Jangan pernah merasa diri baik, sebab kenyataannya tidak selalu. Apalagi merasa lebih baik dari orang lain bahkan terbaik. Saya takut kamu mengaku Tuhan.

Jangan pernah menjelekkan makhluk lain. Kita diciptakan dengan suatu tujuan. Kita tidak pernah diciptakan dengan sia-sia. Kita ini masterpiece Tuhan yang ada kedahsyatan di dalam diri kita masing-masing.

Jangan pernah menyerah!

Catatan Sore : Saya Ini Sombong, Benci Saja Aku!

Saya ini mahasiswa Azhar, mau jadi ustadz gampang, apalagi saya anak ustadz. Toh jadi ustadz gak harus kuliah di Azhar, banyak lulusan pondok di Indo yg jadi ustadz, muallaf bahkan preman taubat juga ada. Saya ini penyiar radio dan jurnalis, saya punya cita-cita membangun perusahaan radio dan media. Nanti kalo kalian para ustadz kekurangan lahan buat dakwah, kerja di tempat saya saja yah, saya gaji kok.

Hakikat Sesuatu

Jadi apa hakikat mempelajari suatu ilmu sesungguhnya jika melalui Imam Khalil bin Ahmad Al Farohidi, ilmu ‘arudh terbentuk ketika beliau berjalan melewati pasar? Dan ilmu nahwu dari Imam Abul Aswad Ad Du’ali, setelah pengalaman beliau bersama putranya tatkala memuji keindahan langit?

Lalu apa hakikatnya menjadi seorang tokoh agama jika ada rasa ujub pada hatinya, sedangkan agamanya sendiri melarang? Lalu apa status seorang biasa yang ternyata tidak diketahui isi hatinya selalu connected to Allah swt dan selalu berusaha agar bisa munazzah dari sifat-sifat rodza-il?

Mari pikirkan kembali!

Pelajaran dari Sebuah Perjalanan

Pelajaran yang bisa diambil dari rihlah kali ini adalah:
1. Semakin tamak seseorang, semakin tidak tenang pula hidupnya. Terbukti, ketika saya mengunjungi pedesaan di daerah Siwa, saya melihat -walaupun bukan hanya disini- masyarakat yang hidup serba cukup, mensyukuri apa yang mereka punya, terlihat wajah-wajah mereka lebih enak dipandang daripada wajah teman-teman saya disana yang suka menyimpan iri, hasad dan dengki.
2. Dengan siapa kita berkumpul memengaruhi suasana hati kita. Ketika kita berkumpul dengan orang-orang yang selalu berfikiran positif, maka hanya akan ada gembira bersamanya. Berbeda ketika kita berkumpul dengan orang-orang yang selalu berfikiran negatif, iri, hasad dan dengki, maka kita hanya akan stres saja dibuatnya. Saran saya tinggalkan orang-orang yang hanya mementingkan titel, jabatan atau yang selalu tamak dengan pernak-pernik dunia. Hati mereka selalu gelisah, ini akan berefek pada kalian.
Kesimpulan dari rihlah kali ini adalah saya bahagia, berkenalan dengan orang-orang baru, jiwa-jiwa kita yang dipenuhi rasa gembira. Terbayang panasnya menghadapi orang-orang menyedihkan penuh kotoran di hati, tak ingin hati untuk pulang. Bumi Allah itu luas, berkelanalah! Dunia itu seperti buku, orang yang tidak pernah pergi, hanya membaca satu halaman saja. Sekian. ?

10 Tips Belajar Pintar

1. Belajar itu memahami bukan sekedar menghapal

Ya, fungsi utama kenapa kita harus belajar adalah memahami hal-hal baru. Kita boleh hapal 100% semua detail pelajaran, tapi yang lebih penting adalah apakah kita sudah mengerti betul dengan semua materi yang dihapal itu. Jadi sebelum menghapal, selalu usahakan untuk memahami dulu garis besar materi pelajaran.

2. Membaca adalah kunci belajar

Supaya kita bisa paham, minimal bacalah materi baru dua kali dalam sehari, yakni sebelum dan sesudah materi itu diterangkan oleh guru. Karena otak sudah mengolah materi tersebut sebanyak tiga kali jadi bisa dijamin bakal tersimpan cukup lama di otak kita.

3. Mencatat pokok-pokok pelajaran

Tinggalkan catatan pelajaran yang panjang. Ambil intisari atau kesimpulan dari setiap pelajaran yang sudah dibaca ulang. Kata-kata kunci inilah yang nanti berguna waktu kita mengulang pelajaran selama ujian.

4. Hapalkan kata-kata kunci

Kadang, mau tidak mau kita harus menghapal materi pelajaran yang lumayan banyak. Sebenarnya ini bisa disiasati. Buatlah kata-kata kunci dari setiap hapalan, supaya mudah diingat pada saat otak kita memanggilnya. Misal, kata kunci untuk nama-nama warna pelangi adalah MEJIKUHIBINIU, artinya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.

5. Pilih waktu belajar yang tepat

Waktu belajar yang paling enak adalah pada saaat badan kita masih segar. Memang tidak semua orang punya waktu belajar enak yang sama lo. Tapi biasanya, pagi hari adalah waktu yang tepat untuk berkonsentrasi penuh. Gunakan saat ini untuk mengolah materi-materi baru. Sisa-sisa energi bisa digunakan untuk mengulang pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah.

6. Bangun suasana belajar yang nyaman

Banyak hal yang bisa buat suasana belajar menjadi nyaman. Kita bisa pilih lagu yang sesuai dengan mood kita. Tempat belajar juga bisa kita sesuaikan. Kalau sedang bosan di kamar bisa di teras atau di perpustakaan. Kuncinya jangan sampai aktivitas belajar kita mengganggu dan terganggu oleh pihak lain.

7. Bentuk Kelompok Belajar

Kalau lagi bosan belajar sendiri, bisa belajar bareng dengan teman. Tidak usah banyak-banyak karena tidak bakal efektif, maksimal lima orang. Buat pembagian materi untuk dipelajari masing-masing orang. Kemudian setiap orang secara bergilir menerangkan materi yang dikuasainya itu ke seluruh anggota lainnya. Suasana belajar seperti ini biasanya seru dan kita dijamin bakalan susah untuk mengantuk.

8. Latih sendiri kemampuan kita

Sebenarnya kita bisa melatih sendiri kemampuan otak kita. Pada setiap akhir bab pelajaran, biasanya selalu diberikan soal-soal latihan. Tanpa perlu menunggu instruksi dari guru, coba jawab semua pertanyaan tersebut dan periksa sejauh mana kemampuan kita. Kalau materi jawaban tidak ada di buku, cobalah tanya ke guru.

9. Kembangkan materi yang sudah dipelajari

Kalau kita sudah mengulang materi dan menjawab semua soal latihan, jangan langsung tutup buku. Cobalah kita berpikir kritis ala ilmuwan. Buatlah beberapa pertanyaan yang belum disertakan dalam soal latihan. Minta tolong guru untuk menjawabnya. Kalau belum puas, cari jawabannya pada buku referensi lain atau internet. Cara ini mengajak kita untuk selalu berpikir ke depan dan kritis.

10. Sediakan waktu untuk istirahat

Belajar boleh kencang, tapi jangan lupa untuk istirahat. Kalau di kelas, setiap jeda pelajaran gunakan untuk melemaskan badan dan pikiran. Setiap 30-45 menit waktu belajar kita di rumah selalu selingi dengan istirahat. Kalau pikiran sudah suntuk, percuma saja memaksakan diri. Setelah istirahat, badan menjadi segar dan otak pun siap menerima materi baru.

Satu lagi, tujuan dari ulangan dan ujian adalah mengukur sejauh mana kemampuan kita untuk memahami materi pelajaran di sekolah. Selain menjawab soal-soal latihan, ada cara lain untuk mengetes apakah kita sudah paham suatu materi atau belum. Coba kita jelaskan dengan kata-kata sendiri setiap materi yang sudah dipelajari. Kalau kita bisa menerangkan dengan jelas dan teratur, tak perlu detail, berarti kita sudah paham.

Mengenang Jasa Al Hikmah 2

Alhikmahdua Net banyak upload foto tempo dulu. Saya mondok dari tahun 2008-2015. Merasakan atmosfer perubahan dari tahun ke tahun. Merasakan pula Al Hikmah 2 sebelum dan sesudah ditinggal Abah Masrur. 3,5 tahun bersama beliau dan 3,5 tahun lainnya tanpa beliau. Bangunan kala itu masih sedikit. Masih banyak penghijauan. Bangunan MAK pun masih lebih tua saya drpd dia. Merasakan kualitas pengurus dari zaman ke zaman. Merasakan menjadi santri Al Hasan. Bagaimana santri Al Hasan memandang siswa MAK dan bagaimana siswa MAK memandang santri Al Hasan. Berkenalan dengan orang-orang baru yang sangat luar biasa yang mampu merubah saya dari anak yang biasa saja menjadi anak yang lebih baik dari sebelumnya. Merasakan betapa langkanya internet kala waktu itu. Mulai dari komputer cembung, antena wajan, internet lola sampai nge-print gambar anime saja sudah bahagia. Saya tak sanggup meneruskan atau saya akan berlinangan air mata. Saya hanya ingin berterima kasih pada Allah swt, orang tua saya dan semua orang yang pernah hadir di kehidupan saya sebagai anugerah di hidup saya. Semoga Allah swt membalas kebaikan kalian semua. Amin ya Robbal ‘alamin.