Kenapa In’am bukan Ni’am?

FB_IMG_1444142092109

ذكر العلامة الشيخ أحمد بن عبد المنعم الدمنهوري في البيت بكتابه السلم المنورق في علم المنطق:

“نحمده جل على الإنعام”

و في الكتاب إيضاح المبهم من معانى السلم للعلامة الأحضري سؤال:

“لم حمد على الإنعام الذي هو الوصف، و لم لم يحمد على النعمة؟”

و فيه جواب:

“بأن الحمد على النعمة يوهم إختصاص الحمد بها دون غيرها بخلاف الحمد على الوصف.”

“kita memuji Allah Jalla atas-Nya memberikan kita nikmat.”

kenapa kita memuji Allah atas-Nya “memberikan kita nikmat” bukan atas “nikmat yang Ia beri”?

karena jika kita kita memuji Allah atas “nikmat yang Ia beri”, itu artinya kita hanya bersyukur atas nikmat yang telah kita khususkan ketika kita menyebutkan pujian itu, tentu saja ini tidak mencakup nikmat-nikmat Allah yang lain.
Berbeda ketika kita memuji Allah atas-Nya “memberikan kita nikmat”, dengannya kita memuji Allah kapanpun dan apapun Ia beri, dan ini mencakup semuanya.
Karena jika tidak ada suatu نعمة, maka إنعام dari-Nya bisa menghadirkan نعمة yang lain.
Namun, ketika إنعام darinya berhenti, maka tak ada satupun نعمة.

Allah telah membahagiakan kita lebih dari orangtua membuat kita bahagia dengan nikmat-nikmat-Nya yang sering kita lupakan.
Oleh karenanya, marilah kita berterimakasih pada Allah dengan cara mengerjakan segala sesuatu dengan tujuan untuk Allah semata, seperti menuntut ilmu dengan niat menghidupkan syariat agama Allah yaitu islam agama kita!

katakan dalam hati kalian wahai para penuntut ilmu!

“نويت التعلم لإحياء الشريعة و إزالة الجهالة.”

atau mungkin yang mencari nafkah sekalipun:

“aku niat golet duit nggo nguripi anak bojo lillahi tangala.”