Pemandangan Kampus Selama Ujian Berlangsung

Saya ujian dimulai pukul 9.30 CLT. Saya berangkat pukul 9.15 CLT. Setibanya di ruangan saya langsung kumpulkan kerneh (kartu mahasiswa), tanda tangan dan meletakkan barang bawaan saya di depan kelas.

Lembar jawab dan soal pun dibagikan. Saya menulis nama dan roqm julus (nomor siswa) di lembar jawaban, beserta maddah (mata pelajaran) dan waktu pelaksanaan.

Panitia-panitia menjalankan tugasnya masing-masing. Ada yang duduk di depan pintu dan bertugas meneriaki siswa-siswa yang datang terlambat. Ada yang bertugas mengawasi peserta ujian. Selebihnya saya tidak tahu apa tugas mereka, mereka berjalan kesana kemari tapi tanpa tertawa, melainkan berjalan dengan membawa beban badannya yang berat dan irama sandalnya yang berseokan dengan lantai. Bertemu dengan panitia lain adalah sebuah momen untuk tegur sapa, basa basi dan suara mereka itu menggema. Sesekali saya berdesis keras agar mereka diam. Tukang pel kampus pun tidak ketinggalan eksis, mereka mencari alat-alat pel dan sesekali mengobrol dengan penjaga pintu. Sekali lagi, orang asli sini pantang berbisik. Untung waktu puasa, jadi tak ada penjual teh atau pembawa galon air yang tiap menit menanyakan “ada yang mau air?”.

Plis, ini bukan arena bermain. Jika kalian sedang menjalankan tugas, lalu apa yang sedang kami lakukan? Kami juga sedang menjalankan tugas sebagai mahasiswa. Tahu apa yang kami butuhkan? Ketenangan.

Pengawas cukup duduk di bangku yang telah disediakan, tidak usah berjalan kesana kemari dan melihat hasil corat-coret kami. Risih! Kadang ada yang mengajak kenalan “dari mana kamu asalnya?”, plis bukan saya tidak mahu menjawab, tapi saya turut merasakan apa yang peserta lain rasakan jika ada obrolan terjadi.

Plis, ini 40°C di bulan puasa. Otak saya butuh air. Bukan butuh kenalan yang nantinya setelah kenalan tidak akan diingat. Plis.

NB: Saya tidak sedang marah, tapi jika standar mereka tidak sama dengan saya, saya risih.

Profesi Baru Mahasiswa Indonesia di Mesir

Permintaan makin banyak. Mungkin jika diterima dan diuangkan bisa mengumpulkan pundi-pundi pemasukan. Tidak usah lagi minta jatah bulanan ke ortu.

Cukup terima permintaan tulisan nama, difoto dengan background setempat yang nantinya akan diupload di medsos peminta.

Jalan-jalan berasa ngeliput berita yah? Harus bawa kertas, spidol.

Standar kita yang tadinya tidak suka dengan hal senorak itu, karena segan jadi harus mempermalukan diri sendiri.

Untung Mesir, negara yang keamanannya ketat. Gak bisa asal jepret di sembarang tempat. Bisa jadi alasan untuk menolak.

Kenal Sebatas Sampul

Kamu paham seperti apa diriku? Jika kamu ingin aku mengikuti standarmu, itu artinya kamu hanya membaca sampulku, tidak membaca halaman perhalaman seluruh isiku.

Kadang ada orang seperti aku yang ketika berinteraksi dengan orang hanya bisa mengikuti alur cerita orang tersebut saja.

Jadi jangan pernah mengira jika kau menawariku meminum es kelapa muda misal, lalu aku ikut meminumnya, berarti aku juga suka meminumnya. Itu hanya sebuah bentuk penghormatan saja.

Jadi, yang bisa orang seperti saya ini harapkan adalah mohon untuk mengerti dan menghormati selera kami.

Terima kasih.

Rahasia Al Qur’an (Part 2)

Huruf Muqottho’ah [PART 2]

Huruf Muqottho’ah menjadi pembuka surah (fawātihus suwar) pada 29 surah. Sedangkan dari 28 huruf hijaiyyah hanya separo alias 14 huruf yang menjadi fawātihus suwar. Dengan pembagian :

1. 1 Huruf pada 3 surah : ص، ق، ن
2. 2 Huruf pada 9 surah : طه، النمل، يس، غافر، فصلت، الزخرف، الدخان، الجاثية، الأحقاف
3. 3 Huruf pada 13 surah : البقرة، آل عمران، يونس، هود، يوسف، إبراهيم، الحجر، الشعراء، القصص، العنكبوت، الروم، لقمان، السجدة
4. 4 Huruf pada 2 surah : الأعراف، الرعد
5. 5 Huruf pada 2 surah : مربم، الشورى

Fakta Lain :
○ 13 surah dibuka dengan ا dan ل
7 surah dengan ح dan م
4 surah dengan ط
1 surah dengan ك
1 surah dengan ي
1 surah dengan ص
1 surah dengan ق
1 surah dengan ن

Sumber: Muqorror Tafsir Surah Yusuf Universitas Al Azhar

Rahasia Al Qur’an (Part 1)

Huruf Muqottho’ah [PART 1]

Huruf muqotho’ah ada yang berpendapat bahwa ia adalah nama surah, sedangkan mahal i’rabnya rofa’ sebagai mubtada, ada yang mengatakan nashob dan jarr, dengan mentaqdirkan ‘amilnya.

Ada yang mengatakan bahwa huruf muqottho’ah adalah pesan rahasia yang disampaikan Allah swt pada Rasulullah saw melalui perantara Jibril as, sedangkan Jibril as tidak mengetahui artinya.

Ketika Jibril membacakan كهيعص kepada Rasulullah saw dan mengejanya huruf perhuruf, di setiap hurunya Rasulullah saw berkata علمت (saya tahu), hingga akhirnya Jibril terheran dan menanyakan kepada Rasulullah saw, mengapa beliau mengetahui apa yang belum diketahui Jibril as.

Pendapat tersebut milik Ibnu Kamal Basya namun tidak direkomendasikan untuk dijadikan rujukan, karena masih memerlukan penjelasan dan sanggahan. Wallahu a’lam.

Sumber: Muqorror Tafsir Surah Yusuf Universitas Al Azhar

Sekolah Kehidupan, Sudah Lulus Belum?

Sejauh kaca mata observasiku memperhatikan, hal-hal konyol yang fresh-graduate pondok lakukan, yang nantinya akan mereka sesali, lebih mengganggu daripada belek di mata, kopok di kuping dan lebih membuat gatal dari serangga adalah: mereka merasa ini adalah final, mereka lupa bahwa ini adalah permulaan, jika memang mereka telah menorehkan kenangan indah di masa yang telah lalu, mereka lupa untuk menciptakan hal itu kembali di masa yang akan datang.

Mereka merasa mereka lah senior of senior, mereka lupa senior-senior yang mendahului mereka seperti apa susahnya menaiki tangga kesuksesan. Baik itu berdagang, presentasi, lembur tugas, program organisasi, dll.

Mereka lupa di sekolah kehidupan mereka belum lulus.

Langkah Yang Ditempuh Ulama Bahasa Arab

Manhaj Washfiy adalah metode yang ditempuh ulama lughoh untuk mengetahui ilmu seputar lughoh, dari segi suara (makhraj), sususan kata (shorof), penamaan benda dan peletakan makna (dilaliy) dan susunan kalimat (nahwu), yang mereka biasa disebut العينة الكلامية / al ‘aynah al kalāmiyyah.

Langkah-langkah yang perlu diambil adalah:

1. Mengumpulkan bahan

Ulama Lughoh mendapatkan informasi dari ‘turats’ (lembaran kuno) ataupun penduduk lokal. Namun tidak bisa dipungkiri ketika seorang peneliti ingin merujuk pada turats, mesti dibimbing oleh penduduk lokal untuk bisa memahaminya.

Penduduk lokal yang dijadikan rujukan juga harus bersyarat:

– Orangnya harus benar-benar lokal, tidak tercampuri dengan budaya dari luar. Semakin sedikit keilmuan dia semakin bagus. Karena jika keilmuannya luas, kemurnian bahasanya akan tercampur dengan budaya lain.

– Orangnya harus sehat dari penyakit kejiwaan, atau dari cacat fisik pada alat pengucapnya.

– Orangnya harus bersifat jujur.

to be continued.

Nama Saya Siapa?

“Jangan kasih saya nama terlebih dahulu, sebelum saya kasih tahu anda siapa nama saya”

Mungkin seperti itu quotes yang akan saya buat. Karena selama ini saya selalu terlebih dahulu diberinama sombong dan tidak mau menyapa. Padahal saya sering menyapa orang yang saya kenal, namun seringkali dibalas dengan sinis. Namun jika dia menyapa saya, dia maunya saya balas. Dunia macam apa ini?

Saya juga sering diberinama sombong dan tidak mau menyapa orang yang tidak saya kenal. Well, kita gak kenal. Lalu apa urusannya? Well, kalau kamu kenal saya, tapi faktanya saya tidak mengenal anda. Saya salah apa?

Mengapa tidak anda sapa dulu saya, karena anda mengenal saya? Saya jadi serba salah, diam saja salah, bagaimana jika saya bertingkah?

Jangan berteman dengan saya, saya tidak pernah paham apa yang anda bicarakan. Saya tidak paham pertandingan sepak bola, mobile legend, PS 4, dan sebagainya. Yang saya tahu alam ini terus berputar.

Saya tidak mau label membatasi ruang gerak saya. Saya tidak mau 5+5=10, saya maunya 2×5=10. Boleh kan?

“I don’t like small talk, i really love deep conversation.”