Bacalah

Kata “Iqro'” dalam wahyu pertama yang Allah turunkan, sangat sempit maknanya jika hanya diartikan “membaca”. Sebodoh apa Allah swt menyuruh hamba-Nya agar membaca saja? Pada waktu itu memang prosesnya Rasulullah saw mengikutinya menggunakan lisan, tapi apa sebatas lisan saja yang bergerak? Toh, seluruh sifat Rasulullah saw tergambar jelas dalam Al Qur’an dan menurut istri termuda dan tercintanya Rasulullah saw, Aisyah ra, Rasulullah saw adalah Al Qur’an berjalan.

Membaca disini adalah kita membuka hati kita lebar-lebar, melapangkan dada kita, mensyukuri seluruh indera yang Allah swt berikan pada kita dengan cara memaksimalkan penggunaannya untuk Allah swt semata, agar supaya kita peka terhadap lingkungan sekitar. Toh, Allah swt menyisipkan pesan di setiap ciptaan-Nya, jika kita mau mendengar maka akan terdengar, bahkan sampai yang terkecil sekalipun. Ilmu Allah tidak terbatas pada kitab-kitab saja. Kitab hanyalah diwan yang disusun oleh orang-orang yang peka terhadap lingkungan sekitar. Dan kita sebagai penikmat, kita akan terbagi menjadi bermacam-macam. Ada yang sekedar menganggukkan kepala, ada juga yang turut merasakan apa yang pengarang buku rasakan. Tapi sebagai orang yang merasa kepekaan atau kecerdasannya jauh dari kata sempurna, kita seyogyanya untuk kembali muhasabah, mengikuti jejak ulama salafus sholih.

Mari berdiskusi di kolom komentar di blog saya, jangan lupa untuk berkunjung. Blog saya open house bukan hanya pas lebaran saja.

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *