Uus vs Pihak Habib Rizieq, Mana yang Benar? Entahlah.

Menanggapi soal Uus yang diboikot di acara-acara di televisi karena menghina Habib Rizieq.
Untuk Uus yang menghina walaupun mungkin bertujuan untuk lawakan itu buruk, dan yang menanggapinya dengan sikap marah terhadap Uus atau bahkan ikut menghina Habib Rizieq walaupun mungkin bertujuan untuk hiburan pun itu buruk.
Jadi kesimpulannya, masing-masing dari kedua belah pihak merasa diri merekalah yang benar. Karena kebenaran itu samar dan sukar untuk diterka, maka alangkah lebih baiknya jika kita berdiam diri saja, itu jalan yang paling aman. Namun tetap, menegakkan kebenaran itu harus diperjuangkan. Nah, sekarang seperti apakah kebenaran itu? Apakah langkah yang kita ambil itu sudah benar? Darimana kita dapat mengetahuinya? Allahu a’lam. Selalu melalui jalan islamlah itu yang benar. Jika Rasulullah mengajarkan kita untuk tidak menghina orang lain, maka menghina orang lain itu buruk. Jika Rasulullah pernah tidak marah ketika diri beliau dihina, maka atas dasar apa kita melakukan yang berlawanan dengannya?
Yang menurut kita salah, mari kita benarkan dengan berbagai cara agar kian lurus, tentu saja dengan cara yang sesuai dengan kondisi sang objek, mulai dari cara yang halus lalu jika tidak mempan maka barulah dengan cara yang kasar. Namun, harus siap dengan segala resikonya, segala sesuatu menuai resiko, semakin besar langkah yang diambil, maka semakin besar pula resikonya. Namun, dunia ini membutuhkan para pendobrak yang nekat, yang siap dengan segala resiko besar yang menimpanya. Namun sekali lagi, yang bodohlah yang berani tampil percaya diri dan yang pintar masih terus berpikir mana yang benar dan mana yang salah sehingga lebih memilih untuk diam. Jangan pernah takit ada yang membenci kita jika dirasa itu benar, dan semua yang benar ya yang sesuai dengan ajaran agama islam, bukan berarti saya meminta agar fanatik dengan agama, karena fanatik dengan agamapun tidak dianjurkan oleh gama islam sendiri, lalu untuk apa jika saya fanatik? Lakukanlah untuk kebaikan diri sendiri dahulu, jika sudah merasa cukup maka merambatlah ke orang lain. Ubahlah diri sendiri dahulu. Karena musykilahnya yaitu manusia ingin membenahi dunia namun dirinya saja bekum dibenahi, jadi ancur dunia. Orang belum bener pgn ngebenerin dunia, ya tanggung saja resikonya. Orang benar saja masih saja ada yang menentang, bagaimana dengan yang tidak? Tapi tak mengapa, karena dunia ini butuh mereka yang percaya diri, maka tampilah, karena saya tahu ada kebaikan di setiap keburukan. Mari belajar mengetahui kebaikan bersama saya dengan cara tidak mudah menyalahkan orang lain. Jangan sampai menyakiti hati orang lain itu kuncinya agar bisa diterima di semua kalangan.

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *