Kami Menyebutnya “Sahabat Satu Pekan” (Edisi Spesial : Ucapan Terima Kasih untuk ‘Sahabat Sehati Sejiwa’-ku)

Quotes dari Brother Umar Fakhrudin yang mengena di hati dan bersemayan di pikiran:

1. “Kamu itu terlalu memanjakan perasaanmu.”

2. “Kamu itu jangan keterlaluan, setidaknya mereka pernah membuatmu nyaman.”

3. “Mereka tidak akan pernah bisa melupakanmu, pasti akan selalu ingat.”

img20161027161110

Darinya aku menghargai sebuah perasaan. Terima kasih, brother. Aku tidak pernah menyesal telah mengenalmu, hanya saja menyesal mengapa kita sudah lama dipertemukan empat tahun lalu sebelum kita sama-sama lulus, namun baru berkesempatan untuk saling mengenal satu pekan terakhir kemarin saat aku berlibur musim panas. Jangan pernah melupakanku brother, sahabatmu yang tidak tahu diri ini. Semoga suatu saat kita bisa berjumpa kembali masih dengan rasa yang sama. Semoga di lain waktu ada kesempatan untuk bernostalgia di Al Hikmah tentang hari-hari yang pernah kita lalui bersama.

Aku selalu mengharapkan yang terbaik untukmu, sahabatku. Ingat satu janji Allah, Ia tidak akan pernah salah memberi rapot untuk manusia berprestasi sepertimu, sang jawara hati yang selalu memenangkan hati banyak manusia.

Terima kasih pernah menggunakan ponselku untuk selfie. Aku rasa ini masih kurang, aku harap tahun depan memori hapeku penuh dengan foto-foto kita, brother. Sekian, sekali lagi terima kasih pernah singgah di kehidupanku.

img20161101170629

Memang benar selalu ada alasan jika kedua orang dipertemukan. Dan engkaulah alasan itu sendiri, engkau jawaban dari kebimbangan yang belum pernah aku ketahui kebenarannya. Beribu-ribu terima kasih kembali aku sampaikan. Mungkin bagimu ini tak ada artinya, tapi bagiku ini sangat berarti.

img20161101165314

Aku tak bisa bayangkan jika waktu itu aku tak menyapamu dan sok akrab denganmu. Pasti aku akan melewatkan berlian yang berbungkus pribadi santun sepertimu, brother. Salam hangat dariku, Fadhlu. (Aku nangis).

Aku juga berterima kasih pada Allah tentunya telah menciptakan manusia sepertimu, orang yang hatinya sinkron denganku, ini penemuan langka dan jarang terjadi selama berpuluh-puluh tahun aku menjalani hidup di dunia.

Akupun masih ingat bahwa kau pernah mengatakan aku satu type denganmu sehingga ketika kau memandangku kau membayangkan bagaimana orang lain memandangmu. Aku tak pernah merasa dirugikan jika itu disamakan denganmu. Aku menyayangimu sahabatku, @umarfakhrudin.

Aku, Perlambang Kasih yang Terluka karena Tertusuk Duri-duri Rindu

    Tahukah kau hal kecil apa yang membuat seorang pengasih bahagia? Disukai, dikomentari dan dibalas pesannya saja sudah cukup membuatnya bahagia.

    Tak ada artinya ribuan suka yang ia dapatkan jika disana tidak tertera namamu.

    Tak ada rasanya puluhan komentar manis berdatangan jika disana tidak ada perhatianmu.

    Sakit rasanya jika ia mengira kau sibuk dan ternyata memang kau sibuk dengan orang lain.

    Sakit rasanya jika ia telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya dan engkau bahkan di waktu luangmu pun tidak menyapanya.

    Sakit rasanya jika kau menolak rasa sayangnya yang berlebihan padamu, padahal engkau hanya tinggal menerimanya, apa susahnya? Ia tak pernah mengharapkan balasan apapun kecuali rasa sayangmu padanya.

    Sakit rasanya ia berada jauh darimu, setiap waktu melamun hanya membayangkan ia sedang bersamamu, namun engkau tidak pernah berikan ia ruang di kepalamu.

    Engkaulah sumber kebahagiaannya. Jangan perintahkan ia untuk berhenti merindumu, karena itu sama halnya dengan membiarkan ikan berhenti bernafas dengan siripnya.

    Tahukah engkau, walaupun ia selalu berada di hatimu, namun ia selalu membutuhkan kucuran kasih sayang dari ingatanmu, agar ia tak kesepian di penjara hatimu.

    Ia yang selalu menjaga hatimu, tempat persinggahannya, ia tak ingin hatimu hancur karena tahu ia menetap disana.

    Ia yang selalu membereskan ruang di hatinya hanya untuk tamu kehormatan sepertimu agar kau bisa nyaman dengannya, namun engkau selalu ingin pulang dan bukan hatinya lah tempat engkau kembali.

    Ia yang tak pernah butuh alasan untuk menyayangimu, namun engkau selalu beralasan ia tak pantas untukmu. Tahukah engkau hati tak memiliki kasta?

    Ia ibarat bendera yang membutuhkan tiang agar bisa berkibar, ia ibarat api yang membutuhkan obor agar bisa berkobar.

    Ia adalah perlambang kasih sayang.

Balada Cinta Seorang Perindu

Jangan mengharap cinta dariku
Cintaku ini terlalu besar
Kau tidak akan mampu menampungnya

Diamnya orang yang aku cinta itu laknat
Lebih baik kau tidak aku cinta
Daripada engkau terlaknat

Aku susah jika dipaksa untuk mencinta
Namun aku mudah untuk memaksa cinta
Maka jangan sampai kau buat ku jatuh cinta

Engkau akan bahagia jika kau ku cinta
Namun engkau juga akan menderita
Karena terlalu erat aku genggam

Aku ini orang yang kejam
Terlalu perduli atau sangat acuh
Namun lebih baik engkau aku acuhkan
Daripada engkau harus menerima
Kucuran kasih sayang dariku setiap detiknya

Aku ini si pencemburu sejati
Sekali kau melirik yang lain
Sekali itu pula aku katakan
Jangan ketuk pintu hatiku lagi

Banyak burung ingin bersemayam di pelukanku
Namun mencoba tuk pergi setelah bertengger
Untuk ia rindukan lagi
Setelah sangkar itu ia biarkan rusak
Sangat bodoh

Persetan dengan mereka yang telah berubah
Meninggalkanku dalam kesunyian
Lalu mendatangiku
Dengan berhias wajah semanis bayi
Bayi kambing
Mereka kira seindah itu terbias di mataku
Bahkan kebaikan pun tidak aku temui

Begitu aku atur sebuah cinta
Sekarang kau tentukan
Untuk hanyut dalam cintaku
Atau terbang bebas di langit yang tidak pernah ingin aku pandang

Akhirat : Itulah Mengapa Dunia, Mereka Lebih Mencintaimu

Aku ditanya oleh salah satu juniorku. Sore itu kami berdua baru saja menyaksikan film Ketika Cinta Bertasbih season satu dan dua. Rasanya lebih menggelitik perut dan lebih mengkoyak hati ketika kita menyaksikannya dan tahu persis bagaimana kehidupan yang film itu kisahkan. Di tengah pemutaran film kami pun bercakap-cakap ringan, berandai-andai bagaimana keadaan kita setelah ini di masa depan. Rasa takut mulai menyelimuti kami. Rasa sesal, marah dan penuh emosi memenuhi hati kami, memaki diri kami yang tidak tergambar begitu jelas arah masa depannya. Iya, karena memakan bangku kuliah di Universitas Al Azhar yang nota benenya agama tidak menjamin kehidupan kita mendatang. Sedikit sekali prospek yang bisa kita jajahi setelah lulus kuliah nanti karena memang memilih jurusan disini berarti kita memilih untuk fokus di akhirat.

Di dalam film itu diceritakan bahwa lulusan Al Azhar maka sesudahnya harus menjadi pemuka agama. Alamak, pemikiran primitif apa ini? Lagi-lagi masyarakat, iya, tidak ada habisnya jika kita mengikuti ocehan masyarakat. Memang kita diciptakan di dunia untuk akhirat kita. Tapi apakah salah jika kita bertujuan ke akhirat namun dengan jalan dunia? Daripada menggunakan jalan akhirat untuk mendapatkan dunia, itu fatal. Menjadi pengusaha misalnya, penulis atau yang lainnya. Bahkan jika menjadi seorang supir truk lulusan Al Azhar sekalipun, maka apa salahnya? Toh, tujuan akhir kita ada di akhirat. Lalu mengapa mereka begitu meresahkannya? Lalu untuk apa menimba ilmu lama-lama di Al Azhar jika hanya untuk berprofesi menjadi ustadz? Ustadz, kyai dan sebagainya itu bukan profesi bung. Itu adalah amanat yang masyarakat titipkan pada kita. Maka jangan pernah ambil hati jika kita tidak diperlakukan layaknya orang yang berilmu tinggi. Kita berilmu tinggi untuk mereka yang mau menerima saja bung, jika mereka menolak maka tidak usah paksakan diri agar bisa diterima di sisi mereka, doakan saja mereka mendapat hidayah dan berfikiran positif atau biarkan mereka pilih yang lain. Maka juga dengan berilmu tinggi tidak menghalangi diri kita untuk sekedar menikmati kopi bersama dengan tukang-tukang becak mislanya. Apakah salah jika diri kita bermesin kyai dan menutupinya dengan bungkus orang biasa? Gak ada salahnya. Belajar ilmu agama itu bukan untuk dunia. Belajar ilmu agama itu mengetahui bahwa ternyata hidup di dunia itu hanya untuk sementara. Tidak ada yang perlu digebu-gebukan untuk mendapatkannya. Apa sih? Ketenaran? Kekayaan? Mereka yang tenar dan kaya tapi jauh dari Allah tidak sebahagia mereka yang cukup dengan makan satu dua suap nasi tapi dekat dengan Allah.

Banyak jenis orang dalam menimba ilmu agama, ada yang mencarinya agar menjadi pribadi yang baik dari sebelumnya yang buruk. Ada juga yang sudah baik dan ingin menjadi lebih baik lagi. Namun bukan berarti proses mereka menimba ilmu itu selalu berhasil. Banyak mereka yang paham seluk-beluk masalah agama namun masih saja bertingkah seperti orang tak tahu aturan. Karena pada dasarnya ilmu saja tidak cukup, tapi juga perlu diamalkan. Banyak juga orang yang tak berilmu karena tidak berkesempatan baik seperti mereka yang bisa menimba ilmu di pesantren misalnya, tapi mereka beramal kesehariannya seperti malaikat. Jadi, hatilah yang menjadi poros dari kelakuan kita. Jangan-jangan kita berbuat baik pada seseorang namun kita menyembunyikan rasa ujub, dan jangan-jangan mereka yang tidak bisa berkesempatan berbuat baik seperti kita justru mereka yang sebenarnya ikhlas jika mereka bisa membantu. Maka, jadilah keduanya. Bisa membantu dan ikhlas dalam melakukannya.

Kembali ke cerita di awal. Waktu itu adzan maghrib dan kami ingin sholat maghrib berjamaah. Tiba-tiba saja ketika junior saya ingin berwudhu, ia menanyakan bagaimana penampilan dirinya, bukankah ia ideal. Aku jawab saja dengan jujur bahwa ia kecil dan kurus. Lalu ia mengatakan mengapa aku begitu menyakitkan dalam menjawabnya. Aku jawab lagi, lalu harus dengan jawaban apa aku menjawabnya. Haruskah aku berbohong dengan mengatakan bahwa ia berisi dan berotot? Itulah manusia. Mereka menyukai sebuah kejujuran sampai kejujuran itu menimpa diri mereka sendiri, maka akan berubah jadi membencinya. Begitu juga dunia yang bersifat menipu, kita ditipu dengan pujian bahwa kita sudah cukup bahagia berada di dalamnya. Padahal masih ada akhirat, kebenaran yang pahit, bukan dunia, kebatilan yang manis.

Sekian.

Wrong Way (TOEFL Experience)

fb_img_1479969621793

Ini foto para siswa program bahasa angkatanku, Ulul Arham (MAK) & Marvelous (EDS), sebenarnya bersama Volunteers, berhubung mereka lulus terlebih dahulu, maka mau bagaimana lagi, padahal ingin rasanya menciptakan kembali kenangan bersama mereka seperti yang telah dilalui di SOP.

Foto ini diambil beberapa menit sebelum Tes Toefl dimulai dan beberapa menit setelah lembar soal dan jawab dibagikan.

Jika ditanya aku yang mana? Maka jawabannya adalah simpel. Aku tak duduk di barisan bagian depan. Aku tak terlihat jelas oleh kamera. Aku adalah dia baris keempat, orang yang sedang menundukkan kepala. Bukan karena mengantuk atau apa, tapi karena aku sedang mulai mengerjakan soal di bagian structure sendiri, karena bagian ini adalah bagian favoritku, bagian paling aku kuasai, bagian tersimpel dan dan tak kenal ribet. Aku paling tidak suka merepotkan diri. Tahu sendiri kan bagaimana harus seserius apa mendengarkan dan membaca? Thus, I don’t passionate on listening and reading test.

Ini yang menyebabkan aku duduk di bagian tengah dibanding berebut kursi bagian depan agar bisa dekat dengan speaker. Bagiku skor hanya sekedar bentuk tertulis dari sebuah kegigihan, dan aku bukan termasuk orang yang gigih, maaf jangan ditiru jika tak tahu aturan pakainya.

Padahal sebelumnya sudah diperingatkan agar tidak mengerjakan sebelum ada perintah untuk dimulai. Tapi sekali lagi beginilah aku, yang tidak suka mengikuti aturan. Jika sudah lengkap semua, maka untuk apa lagi menunggu. Aku sudah penasaran dan tak sabar ingin melahap semua soal structure-nya. Terbukti walaupun skor yang aku dapatkan masih terbilang tinggi +500 tapi aku tidak bisa menyaingi para siswa lain yang telah gigih berlatih setiap harinya hanya untuk menghadapi Tes Toefl. Bagiku belajar bahasa inggris empat tahun di MAK itu sudah cukup untuk menghadapi Tes Toefl yang akan sedang aku hadapi. Terbukti juga aku mendapatkan skor tertinggi di putra untuk bagian structure, untuk reading aku sama rata dengan yang lain, dan satu skor listening yang tidak berhasil mengangkatku ke puncak tertinggi. Bisa disimpulkan semakin tinggi tingkat keribetannya maka semakin rendah obsesiku padanya. Sekali lagi jangan ditiru.

Sekian

Musim Panas Sounds Good

Selamat musim gugur teman-teman. Walaupun musim gugurnya akan segera usai dan berganti menjadi musim dingin namun tidak ada salahnya saya menyapa teman-teman dengan ucapan itu, karena sekarang kita masih merasakan indahnya daun-daun berguguran, ditemani oleh angin musim dingin yang mulai menyambut kehadiran kita di batas awal musimnya. Lalu mengapa judul dari tulisan ini tertulis dengan musim panas? Apa sebenarnya yang ingin saya sampaikan pada kalian? Ya, musim panas adalah musim untuk mencinta, sedangkan musim gugur adalah musim perpisahan, musim dingin adalah musim kerinduan dan musim semi adalah musim pertemuan. Mau tahu rahasia mengapa saya bisa menyimpulkan seperti itu? Yuk, saya ajak kalian mengikuti kisah saya selama tiga bulan penuh berlibur di tanah air.

Kejadian ini bermula pada bulan ke delapan saya hidup sebagai pelajar di negeri orang, sebut saja Mesir. Belum genap sepuluh tahun namun saya sudah menamatkan masa studi saya untuk dua semster pertama ini, dan sekarang lah waktunya untuk iibur panjang musim panas.

Sebagai seorang junior yang tidak tahu menahu soal perkuliahan, jadi yang saya lakukan hanyalah menghadiri jam kuliah dan mengikuti ujian tertulis dan lisannya begitu saja selama satu tahun ajaran ini. Selalu apa yang saya dapatkan hanya informasi-informasi yang saya dengar begitu saja dari kakak-kakak kelas, termasuk libur panjang musim panas yang nantinya akan menjemukan. Mendengar kata-kata itu sontak saya berkeinginan untuk pulang ke Indonesia. Disamping saya tidak ingin merasakan kejemuan itu, saya juga ingin merasakan lebaran idul fitri bersama keluarga karena awal libur panjang musim panas ini kebetulan bertepatan dengan awal bulan ramadhan. Waktu itu masa berlaku visa saya sudah habis, maka saya putuskan untuk memperpanjang visa saya. Pada saat itu keinginan untuk pulang ke Indonesia belum memuncak karena masih ada sedikit kegiatan yang masih menyibukkan saya. Singkat cerita, di tengah proses perpanjangan visa, saya mengalami sedikit masalah stempel tasdiq dari kuliah saya melewatkan satu di antara tiga stempel yang diminta, maka saya diminta untuk meminta ulang tasdiq dari kuliah, dan paspor saya kumpulkan ke keluargaan saya yaitu KSW untuk diberikan pada konsuler. Selang beberapa lama setelah saya urus tasdiq baru, saya dikabarkan bahwa paspor saya hilang, saya pun langsung mengkontak pihak KSW waktu itu Akhi Mahdi kakak kelas saya sendiri yang menjabat sebagai wakil gubernur KSW, ia memberitahukan bahwa paspor saya sudah diserahkan ke gubernur KSW sendiri yaitu Mas Ulin dan sudah sampai ke pihak konsuler. Semua orang yang berhubungan dengan paspor saya hubungi, dan ternyata masalahnya ada pada keteledoran pihak konsuler. Berhari-hari lamanya saya menunggu akhirnya dengan rahmat Allah paspor saya ditemukan. Saya sempat putus harapan untuk pulang, rasa ingin pulang itu memuncak bertepatan sekali dengan kabar bahwa paspor saya hilang. Mendengar paspor saya hilang kala itu dan solusi yang ditawarkan oleh pihak konsuler adalah dengan menggantinya dengan yang baru, maka seketika rasanya bagaikan dibanting dari atas ketinggian. Harapan saya musnah ditambah rasa kecewa karena paspor lama itu telah menorehkan sejarah saya berkeliling ke tiga negara asia yaitu Singapura, Malaysia dan Thaliand.

Setelah mendengar kabar gembira itu saya langsung kabarkan orang tua bagaimana jika saya pulang saja ke Indonesia karena saya rindu hingga suatu hari saya tidak berpuasa karena saya menderita sakit demam yang amat sangat. Mendengar keinginan putranya sebagai seorang ibu tentunya tidak bisa menolak untuk bisa bertemu dengan buah hatinya, walaupun agak sedikit berat hati karena saya sedang dalam proses menuntut ilmu di negara orang yang sangat jauh dari rumah.

Singkat cerita lagi, akhirnya saya berhasil memesan tiket untuk kepulangan saya di hari terakhir berpuasa karena itu satu-satunya hari yang paling tidak amat terlambat untuk merasakan suasana lebaran idul fitri di rumah, setelah sebelumnya saya sempat menggagalkan pesanan tiket karena masih dirundung kebingungan, dan itu lah kebiasaan buruk saya, sulit untuk menentukan pilihan.

Di hari yang ditentukan saya diantar oleh teman-teman saya menuju ke bandara, saya pun take off dan selamat datang di Indonesia.

13612177_1167505159937040_5409786185971657418_n

Stand by Me

img20161029133832

My name is Muhammad Fadhlurrohman. I was born towards amazing parents and family. It was my parents who taught me many important lessons to be a better person in every situation.

When I was in Al Hikmah 2 Benda Islamic High School, I didn’t have any confidence in myself. I felt like I didn’t have anything to be proud of, and some of the surroundings sometimes pushed me down. I exceeded these hard times to be myself, and here I am.

Now, I have big responsobility to present Indonesia to Al Azhar University. It must seem easy, but trust me! The preassure is that much.

I believe everybody will feel the same what I feel if They were in my seat. There is no way I can do it alone, for every limitation that I have, people say things about it. I don’t want to change myself to seem of others or anything else, because if I change, people love the change that I made, but not me. What I want is to be myself and to improve from time to time. That’s why I need people to support, to criticize, to watch every progress that I made. That means I need all of you. I’m nothing if I’m alone, but when We stand up together, We are something. We stand together, We can show Indonesia to the world.

“Saya” dalam Barisan Alenia (Nostalgia Santri Organisatoris)

Kairo, Sabtu 19 November 2016 23:41 CLT

12346396_1039099539444270_1467866989450566959_n

Perkenalkan nama saya Muhammad Fadhlurrohman, biasa dipanggil Fadhlu. Mungkin tidak ada gunanya saya memperkenalkan diri saya karena pembaca sekalian mungkin tidak mengenali saya sebab yang pertama mungkin karena kita tidak sezaman ketika kita masih menjadi pelajar di Pon. Pes. Al Hikmah 2 Benda dan sebab yang kedua adalah karena saya termasuk ambievert yang walaupun dominan ke extrovert yang ingin dikenal dan mengenal akan tetapi saya memiliki sisi introvert yang tidak pernah mengharapkan dengan sangat untuk dikenal oleh penggede-penggede pondok, karena jika saya dikenal oleh mereka maka saya harus menjadi orang lain ketika berhadapan dengan mereka dan menahan rasa ingin bercanda ria bersama teman-teman sebaya atau yang lebih muda dari saya dan saya tidak menyukai itu, jangankan penggede-penggede pondok, guru-guru di sekolahpun ketika ada yang mengenali saya maka saya akan bertanya-bertanya bagaimana mungkin beliau dan beliau mengenali saya. Karena saya sudah menderita mata minus sejak kecil tepatnya kelas tiga MI maka segala apa yang saya lihat itu terlihat kecil di mata saya termasuk diri saya sendiri walaupun banyak orang yang mengatakan saya sudah cukup dikatakan hebat karena memiliki potensi lebih dari teman-teman yang lain. Jadi simpelnya saya ingin enjoy menjalani hidup saya tanpa ada yang membatasi ruang lingkup saya berjalan di atas bumi ini kecuali Tuhan saya (Allah) dengan aturan-aturan yang telah Ia tetapkan pada hamba-hambanya, begitupun cara saya berinteraksi dan cara orang tua saya memperlakukan saya layaknya teman yang tidak ada canggung untuk mengungkapkan suatu hal namun sekedar mengerti batasan sebagai anak dan sebagai orang tua.

Kembali dengan diri saya pada saat dimana saya merasakan bahwa saya bukanlah diri saya. Seorang introvert yang pemalu dan penakut berhasil mengudarakan namanya di wilayah Bumiayu dan sekitarnya dengan menjadi seorang santri penyiar dan penyiar santri di radio swasta milik Pon. Pes. tersebut yaitu Tsania FM. Murid kelas persiapan MAK yang sangat penakut, tukang minder dan kadang suka takut salah kini beraksi di balik dinding-dinding tembok ruang on air. Tak pelak, dari hanya sekedar menjalani sebuah hobi akhirnya kini membuahkan hasil yang tak terduga, seorang penggemar radio Tsania dari kalangan ibu-ibu mengidolakan gaya saya siaran dan ingin menemui saya. Tepat seminggu setelah beliau berhasil menelepon saya sewaktu saya siaran, di jum’at pagi hari saya didatangi oleh seorang wanita gemuk memakai kaca mata yang sampai sekarang masih saya ingat namanya yaitu Bunda Ida. Setiap pekan di hari jum’at pagi seperti biasa beliau bertandang ke stasiun radio hanya ingin menemui saya, namun saya sering berhalangan hadir karena saya bersekolah di MAK yang menuntut saya untuk tidak pergi kemana-mana kecuali bersama buku pelajaran atau sebuah agenda. Saya tahu beliau sangat menyayangi saya hingga suatu ketika beliau pernah memberikan saya sebuah sarung dan bukan saya langsung yang menerimanya.

380579_445147942172769_394907003_n

Tidak hanya berhenti disitu, saya pun kembali memaksakan diri saya yang selalu merasa haus atas apa yang sudah saya raih dengan mengikuti seleksi kembali, perekrutan anggota baru M2Net, saya rasa saya tidak perlu menjelaskan apa itu M2Net. Saya pun terpilih waktu itu saya bersama sahabat saya Abdullah Husen, kami lah duta M2Net dari program keagamaan.

165893_435017246519172_278360375_n

Begitulah kegiatan saya di tahun pertama saya masuk MAK, kelas paling junior yang sedang menjadi sasaran empuk-empuknya dididik oleh KSPD namun saya lebih memilih untuk tidak mengekang diri saya untuk menjadi diri saya yang sebenarnya. Karena saya waktu itu murid yang terbilang sangat pintar di atas teman-teman lainnya, dan itu fakta saya mendapatkan posisi ketiga di tes seleksi masuk MAK dengan skor tertinggi mata pelajaran Bahasa Inggris yaitu 80, maka hanya sedikit senior yang berani menegur saya ketika saya berbuat salah dan jangan salah walaupun saya orangnya penakut namun di lain sisi saya juga seorang yang temperamen yang senggol bacok ketika ada cibiran tak mengenakkan dari seseorang. Terbukti saya beberapa kali adu jotos dengan teman-teman saya sewaktu saya masih di MTs. Hal itu sebenarnya ingin saya rubah di sekolah baru saya namun terkadang tanpa kendali sifat itu kembali muncul, masih bagus yang sering saya keluarkan hanya omongan-omongan pedas menjawab ocehan senior, pernah suatu ketika saya hampir berkelahi dengan senior -sekarang sudah almarhum- karena keadaan diri saya yang sulit diatur ini hingga ia mengatakan ia tidak akan pernah memaafkan diri saya sebelum saya meminta maaf padanya, dan saya tetap dengan ego saya.

Tahun berganti tahun, saya pun sekarang telah menjadi murid sah MAK alias naik ke kelas satu dan saya kembali diperebutkan oleh kakak kelas, namun kali ini dalam sisi kebaikan. Saya membuat bingung kakak-kakak kelas saya terutama Akhi Igo (sekretaris KSPD) dan Akhi Daus (Koord. Dept. Bahasa KSPD), kepada siapakah saya harus menjadi anggotanya, mengingat saya ahli dalam hal kepenulisan dan saya ahli juga dalam hal kebahasaan terbukti saya menjadi the best speaker di Friendly Match English Debate yang diadakan oleh KSPD dan EDS, mengalahkan senior-senior saya. Akhirnya setelah melalui perdebatan yang sengit akhirnya keputusan diserahkan pada saya, saya pun memilih untuk menjadi anggota dept. bahasa yang tentunya belum pernah saya rasakan sensasinya.

Di tahun berikutnya saya duduk di kelas dua MAK, saya menjadi koord. dept. bahasa (tunggal) dan tidak ada satupun teman-teman angkatan saya yang mau menemani saya, bahkan Ulin teman saya yang dulu pernah menjabat sebagai anggota dept. bahasa pada tahun lalu juga menolaknya dan lebih memilih untuk pindah ke dept. lain. Teman-teman yang terbilang unggul pun lebih memilih untuk menolaknya karena merasa tidak berminat dan berbakat pada hal semacam itu. Untung saja ada satu teman saya yang mau dan berkompeten menjadi partner senior saya menjalankan tugas ini walaupun sebelumnya banyak ditentang oleh teman-teman seangkatan lainnya karena ia mempunyai masalah dengan mereka. Sungguh sulit jika dibayangkan, namun sesungguhnya sangatlah mudah bagi saya walau ditinggal sekalipun saya bisa menanganinya karena ini passion saya. Saya jalani tahun gemilang ini di KSPD walaupun kadang bertabrakan dengan organisasi-organisasi yang saya ikuti sebelumnya. Sehingga posisi saya sekarang ini kadang dicari oleh KSPD dan kadang dicari oleh Radio Tsani atau M2Net, namun saya tak sebodoh itu, saya cerdik, saya gabungkan saya semua organisasi itu sehingga masing-masing dari mereka membutuhkan satu sama lain. Seperti contoh spesifikasi di KSPD, saya sejak kelas satu sudah diamanati menjadi mentor spesifikasi jurnalistik, saya bagikan ilmu yang saya dapatkan di M2Net pada mereka, saya ajarkan mereka membuat blog dan berbangga hati menggunakan domain malhikdua.com, walaupun di kelas dua ini spesifikasi itu dihapus dan saya sekarang menjadi mentor spesifikasi English Speech, setidaknya saya pernah mengkombinasikan organisasi-organisasi yang sangat menyibukkan saya menjadi satu padu dan saling membantu.

10268570_752441041443456_5559862333586169703_n

Di tiga tahun pertama itu kadang saya habiskan untuk berbuat jahil, mengikuti pelatihan-pelatihan yang sebenarnya saya sudah menguasainya namun saya tetap bersikukuh untuk mengikutinya, seperti pelatihan blog yang diadakan oleh Mas In’am Fajar, pengurus GOR sampai saya ditegur mengapa saya mengikutinya padahal saya sudah selevel dengannya.
Saya juga mengikuti perekrutan kru baru Majalah El Waha dan yang mengetes saya pada waktu itu adalah teman saya sendiri yang sudah tahu bagaimana kesibukan saya baik di sekolah maupun di luar sekolah, akhirnya saya pun ditolak dan itu tak masalah.

Menuju ke kelas tiga MAK, perlahan satu persatu organisasi-organisasi saya tinggalkan. Lengser dari KSPD, meluluskan diri dari M2Net karena teman-teman seangkatan sudah pada lulus sedangkan saya baru memasuki kelas tiga, kini hanya Radio Tsania yang masih saya lepas genggamkan, namun saya masih membantu M2Net jika diperlukan, karena memang dua organisasi yang saya ikuti ini selalu welcome dengan alumni-alumni jebolannya, terbukti ketika saya sudah kelas tiga dan ketika saya sudah lulus pun saya kadang masih diundang oleh mereka junior-junior saya yang saya cintai.
Masih ada karir satu lagi yang saya belum sebutkan yaitu menjadi Host Acara Khataman Aqidatul Awwam dan Tuhfatul Athfal karena sudah pernah saya posting di postingan sebelumnya yang berjudul “Dari Kucing Menjadi Macan”.

Dan sejak saat itu lah saya menjadi manusia yang seutuhnya, menjadi manusia yang dimanusiakan, namun sayangnya sekarang saya lebih menutup diri untuk memilih organisasi baru di tempat perkuliahan saya saat ini karena saya takut organisasi baru yang akan saya geluti tidak lebih baik dari organiasi-organisasi yang saya geluti sebelumnya, jadi lebih baik saya kembangkan dan teruskan perjuangan saya untuk menjadi seorang broadcaster, writter, blogger dan traveller. Terima kasih M2Net, Radio Tsania dan Pon. Pes. Al Hikmah.

Sekian.