Desaku yang Ku Cinta

Pagi ini, ku buka pintu rumahku, terlihat jelas di depan mataku, berbaris pepohonan, pisang yang mendominasi. Pikiranku melayang, mengingat masa kecilku yang selalu mengisi waktu luangku untuk berkebun dekat rumahku, walaupun itu bukan kebunku, masa itu sahabatku satu-satunya hanyalah alam, alam yang mengerti bagaimana menghibur hati yang gundah gulana ini, ketika aku merengek menangis karena tidak dituruti apa mauku, maka alam lah yang menenangkanku, bermain di atas pasir, mencari undur-undur, mengenali setiap tumbuhan yang aku lewati, bermain di sekitar sumur kebun, menerobos pagar-pagar pembatas kebun, terbeler, tersayat, tertusuk duri, itu hal biasa. Bersama kawan-kawan masa kecilku, kami memanfaatkan segala apa yang ada untuk dijadikan bahan mainan kami, kami tak butuh membeli plastik yang berbentuk orang-orangan, kami hanya mengumpulkan serpihan-serpihan genting yang sudah tidak terpakai, mencari plastik dan mengisinya dengan pasir, begitu saja kami sudah bahagia. Kini, pagar-pagar pembatas itu sudah semakin menjulang, menghalangi anak-anak untuk memasukinya, dua pohon yang sampai sekarang aku tak tahu apa jenisnya kini telah ditebang, pohon kelapa satu-satunya yang dekat rumahku pun sudah lama ditebang bersama dua pohon itu. Lapangan luas depan rumahku kini telah menjadi pabrik, sehingga namanya kini hanya tinggal sejarah. Pepohonan hijau sepanjang jalan kini telah menjadi bangunan-bangunan megah. Kini aku tak takut lagi di waktu malam menyusuri jalanan menuju ke surau. Bahagia memang, namun jika aku mengingat masa kecilku, hanya ada rasa sesak di dada. Ku lanjutkan perjalanan, ku starter sepeda motorku, ku lihat di sekeliling, masih tumbuh pepohonan kecil yang sama persis dengan dulu. Aku kira pohon-pohon ini yang masih bisa bertahan. Embun di atas dedaunannya, kabut yang menyentuh lembut wajahku, udara sejuk yang sangat menyengat di hidungku, pemandangan ibu-ibu hilir mudik membeli ponggol. Oh sungguh, aku tak ingin meninggalkan desaku ini. Tapi tak mungkin, aku hanya bisa berharap anak-cucuku nanti akan tahu bahwa negeri yang mereka singgahi ini sungguh indah, Indonesia – Jamrud Khatulistiwa.

Leave a Reply

2 komentar pada “Desaku yang Ku Cinta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *